contoh makalah
Minggu, 16 September 2018
Kamis, 23 April 2015
laporan CI PEB DI Rumah sakit RA basoeni
BAB III
TINJAUAN
KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN
Pada
Ny “S” usia 22 tahun p10001 post SC 6 jam dengan PEB + anemia (Preeklamsia
berat) di ruang VK (bersalin)
Di
RSUD Raden Ahmad Basoeni
Gedeg-
Mojokerto
Pengkaji : kusmawati kutratul aini jam : 11:15 WIB
Tanggal : 08-12-2014
Tempat : VK (bersalin)
DATA SUBYEKTIF
1.
Identitas
Nama
ibu : Ny “S” nama
bapak :Tn “F”
Umur
: 22 tahun Umur : 24 tahun
Agama
: islam Agama :
islam
Pendidikan
: SMP pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT pekerjaan :
swasta
Alamat : ngingos rembyong
2.
Keluhan utama
Ibu
mengatakan lemas dan terasa lemas dan
tersa nyeri luka jahitan operasi
3.
Riwayat kehamilan sekarang
Ibu
mengatakan hamil pertama usia kehamilan
kurang lebih 10 bulan , HPHT 25-2-2014,
HPL 2-12-2014. Sebelum ibu hamil, ibu
tidak punya riwayat darah tinggi, baru pada saat hamil, usia kehamilan sekitar
5 bulan ibu mengalami darah tinggi dengan tensi 160/110 mmHg.
4.
Riwayat persalinan sekarang
Jam
23:00 wib : ibu masuk rumah sakit basoeni
rujukan dari bidan dengan diagnose G1 P00000 dengan tensi 150/100 mmHg, ibu
mulai terasa kenceng-kenceng sejak tanggal 07-12-2014 jam 01:00 wib , ketuban
pecah jam 19:00 WIB
Jam
03:45 WIB : ibu masuk UGD
Jam
04:00 WIB : ibu masuk VK
Jam 05:30 WIB : ibu masuk kamar operasi, bayi lahir
jam 06:30 WIB keadaan baik dengan Apgar Skore 7-8
5.
Riwayat nifas
-
2 jampost partum pasien masih berada
dlam kamar opeasi dan mengalami HPP
perdarahan 500 cc
-
6 jam post partum pasien masuk ruang
nifas
6.
Terapi post operasi
–
pasien di puasakan sampai bisa flatus
-
Infuse RL + oksitisin D 5%
-
Injeksi cefotaxime 1 X 1 (1 gram)
Ø Dexa 1X1 (5 gram)
Ø Ranitidine
1X1 (50 gram)
Ø Tramodol
1X1 (30 gram)
Ø SM 40% (3.2 gram)
7.
Pola kebiasaan sehari-hari
Pola
nutrisi
Ibu masih di puasakan setelah
operasi
Pola
aktifitas
Ibu
masih belum bisa miring kanan dan miring sampai 12 jam
Pola eleminasi
Ibu belum bisa BAB ,
belum bisa flatus serta belum terdengar bising usus droup cateter 400 cc
DATA OBYEKTIF
1.
Pemeriksaan umum
Keadaan
umum : cukup
Kesadaran
: composmetis
TTV
TD: 140/90 mmHg
N: 84
X/menit
S: 36,5̊ c
RR:
22X/menit
2.
Pemeriksaan fisik
Muka : tidak ada odeme
Mata : conjungtiva pucat , skelera
tidak ada ikterus
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Mamae : tidak ada nyeri tekan , Asi -/̵
Abdomen : ada luka jahitan opersi , TFU setinggi
pusat, UC keras
Genetalia : ada pengeluaran pervaginam berupa
lender bercampur darah, tidak ada varises, perdarahan 250cc
Ektermitas atas
: kuku bersih,tidak ada odeme, terpasang infuse RL 20 TPM
Bawah : tidak terdapat odeme, reflek patella +
3.
Pemeriksaan penunjang
HGB
: 7,3 gr/dl
ANALISIS DATA
P10001 post SC 6 jam dengan PEB + anemia sedang
PENATALAKSANAAN
JAM 11:30 WIB
1. Menjalin
hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga, pasien menyambut niat kami
JAM 11:39
2. Melakukan
pemeriksaan TTV
TTV TD
: 140/90 mmHg
N
: 82x/menit
S:
36,5̊C
RR:
24x/menit
JAM 11:42 WIB
3. Melakukan
pemeriksaan fisik
Mamae : putting susu, ASI -/̵
Abdomen : TFU setinggi pusat, UC keras terdapat nyeri tekan
Genetalia : terdapat darah 150
cc
JAM 11:45 WIB
4. Menjelaskan
pada ibu tentang keadaanya saat ini bahwa ibu mengalami anemia dan tensinya
masih tinggi , ibu mengerti
JAM 11:48 WIB
5. Melakukan
KIE tanda bahaya nifas yakni, pusing yang sangat hebat, perdarahan hebat, syok
atau kejang, rasa mengantuk, bau busuk
dari vagina, nyeri ulu hati, ibu memahami dan akan bilang pada petugas
kesehatan jika menenui tanda gejala seperti di atas
JAM 11:54 WIB
6. Kolaborasi
dokter S,POG untuk pemberian terapi dan diet
JAM 12:00 WIB
7. Persiapkan
melakukan advis dokter
-
Transfusi darah
-
Injeksi
a. Dexa 1X1 (5 gram)
b. Ranitidine
1X1 (50 gram)
c. Tramodol
1X1 (30 gram)
d. SM 40% (3.2gram)
Catatan
perkembangan I
Tanggal :09-12-2014 Jam :13:30 WIB
S :ibu
mengatakan masih terasa nyeri luka
jahitan
O :
keadaan umum ; BAIK
Kesadaran :
composmetis
TTV TD : 130/90 mmHg
N : 82x/menit
S : 36̊c
RR : 22x/menit
Pemeriksaan fisik
Muka : tidak pucat
Mata : conjungtiva tidak pucat, sclera
tidak ikterus
Payudara : putting susu tenggelam,
hiperpigmentasi areola, asi sudah keluar +/+
Genetalia : terdapat pengeluaran darah 150
cc, lochea sanguelenta
Ektermitas : Atass :
tangan terpasang infuse RL 20 TPM
Bawah : tidak ada odeme
A :
P10001 post SC hari ke 1
P :
kolaborasi dengan dokter SPOG untuk pemberian terapi
Injeksi cefotaxime
1 X 1 (1 gram)
Ø Dexa 1X1 (5 gram)
Ø Ranitidine
1X1 (50 gram)
Ø Tramodol
1X1 (30 gram)
Ø SM 40% (3.2 gram)
KIE
ibu tentang penanganan rasa nyeri, ibu mengerti
Menganjurkan
ibu tetap menyusui bayinya, ibumau mau menyusui bayinya
Catatan
perkembangan II
Tanggal :10-12-2014 Jam :13:00 WIB
S :ibu
mengatakan tidak ada keluhan
O :
keadaan umum ; BAIK
Kesadaran :
composmetis
TTV TD : 120/80 mmHg
N : 82x/menit
S :
36̊c
RR : 24x/menit
Pemeriksaan fisik
Muka : tidak pucat
Mata : conjungtiva tidak pucat, sclera
tidak ikterus
Payudara : putting susu tenggelam,
hiperpigmentasi areola, asi sudah keluar +/+
Genetalia : terdapat pengeluaran darah 50 cc, lochea sanguelenta
Ektermitas : Atass :
tangan terpasang infuse RL 20 TPM
Bawah : tidak ada odeme
A :
P10001 post SC hari ke 1
P :
kolaborasi dengan dokter SPOG pasien di perbolehkan pulang. Intervensi di
hentikan
-mendampingi
mahasiswa aff infuse
-Menganjurkan
ibu untuk control 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu jika ada keluhan, ibu
mengerti
KIE
ibu tentang Asi Ekslusif . ibu memahami
Menganjurkan
ibu tetap menyusui bayinya setiap 2 jam, ibu mengerti
Sabtu, 18 April 2015
PERTEMUAN KE 1
Konsep Masa Nifas
1.1.Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa
yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat- alat kandungan
kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Biasanya berlangsung selama
lebih kurang 6-8 minggu. (ASKEB pada Ibu Nifas, Andi)
Puerperium adalah masa sesudah
persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya
6 minggu (Obstetri Fisiologi, 1983 )
Masa nifas adalah periode waktu
selama 6-8 minggu setelah persalinan. (Biologo Reproduksi, 2011)
Jadi, masa nifas adalah masa
pemulihan alat-alat kandungan sesudah
persalinan yangmana dimulai sejak keluarnya plasenta dan akan berakhir setelah
alat-alat tersebut kembali pada keaadaan semula (6-8 Minggu).
1.1.1.
Tujuan Asuhan Masa
Nifas
Tujuan pemberiaan masa nifas, yuitu
:
1.
Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi.
2.
Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu
3.
Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu
4.
Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk mampu
melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus
5.
Imunisasi ibu terhadap tetanus
6.
Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makanan anak, serta
peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak
1.1.2.
Peranan dan
Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Peran dan
tanggung jawab bidan dalam masa nifas yaitu :
1.
Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapi saat-saat
kritis masa nifas.
2.
Pendidik dalam usaha pemberian pendidikan
kesehatan terhadap ibu dan keluarga
3.
Pelaksaan asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan, pemantauan,
penangan masalah, rujukan dan deteksi dini komplikasi masa nifas.
1.1.3. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terdiri dari 3 tahap,
yaitu :
1)
Puerperium Dini, yaitu masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2)
Puerperium Intermedial, yaitu masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia,
yang lamanya sekitar 6-8 minggu
3)
Remote Puerperium, yaitu masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan
1.1.3.
Evidenbase
Asuhan Masa Nifas
Adalah suatu istilah yang luas yang digunakan
dalam proses pemberian informasi berdasarkan bukti dari penelitian (Gray, 1997)
2.1.4 Kebijakan Program Nasional
Masa Nifas
Kunjungan
|
Waktu
|
Tujuan
|
1
|
6-8 jam
setelah persalinanan
|
1.
Mencegah perdarahan masa nifas karena atoni
uteri
2.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,rujuk jika perdarahan
berlanjut.
3.
Memberikan konseling pada ibu atau salah seorang anggota keluarga mengenai
bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atoni uteri
4.
Pemberian ASI awal
5.
Melakukan hubungan antara ibu dan bayiyang baru lahir
6.
Menjaga bayi tetap sehat denagn cara mencegah hypothrmi.
7.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal denagn ibu dan
bayi yang baru lahir selam 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu
dan bayinya dalam keadaan stabil.
|
2
|
6 hari
setelah persalinan
|
1.
Memastikan involusi uterus berjalan
normal : uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2.
Menilai adanya tanda-tanda demam
infeksi atau perdarahan abnormal
3.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan cairan dan istirahat
4.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
5.
Memberikan konseling pada ibu mengenai aasuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari
|
3
|
2 minggu
setelah persalinan
|
1.
Memastikan involusi uterus berjalan
normal : uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2.
Menilai adanya tanda-tanda demam
infeksi atau perdarahan abnormal
3.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan cairan dan istirahat.
4.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
5.
Memberikan konseling pada ibu mengenai aasuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari
|
4
|
6 minggu
setelah persalinan
|
1.
Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia atau bayinya alami
2.
Memberikan konseling KB secara dini.
|
PERTEMUAN KE 2
Proses laktasi dan Inisiasi Menyusui Dini
2.1.1.1.Pengertian Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini (early
initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri
segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya,
setidaknya satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu
dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara
(Roesli, 2008). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting
payudara ibu sesaat setelah bayi lahir (Prasetyono, 2009).
2.1.1.2. Prinsip
Inisiasi Menyusu Dini
Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak
kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi
dapat menyusu sendiri. Apabila ruangan bersalin dingin, bayi di beri topi dan di
selimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama
proses bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap
untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan (JNPK, 2007).
2.1.1.3. Pentingnya
kontak kulit dan menyusu sendiri
A.
Dada ibu
menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini
akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypotermia).Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak
jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi
pemakaian energi.
B.
Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan
bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri
baik di kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di
kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan.
C.
“Bonding”
(ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam
pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu
yang lama.
D.
Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang
bukan berasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat
mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal.
E.
Bayi yang diberi kesempatan menyusu lebih dini lebih
berhasil menyusui ekslusif dan akan lebih lama disusui.
F.
Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi
di puting susu dan sekitarnya, emutan, jilatan bayi pada puting ibu merangsang
pengeluaran hormon oksitosin.
G.
Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang
pertama kali keluar. Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift of life.
Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan
kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang
kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting
untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat
lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus
mematangkan dinding usus ini.
H.
Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan
bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat
kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi
ketiganya yang amat indah.
Menurut Roesli
(2008) tatalaksana IMD yang kurang tepat
A.
Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
B.
Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong lalu
diikat.
C.
Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.
D.
Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak
kulih dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk
beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit
perineum.
E.
Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting
susu ibu ke mulut bayi.
F.
Setelah itu, bayi di bawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery
room) untuk di timbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi
suntikan vitamin K dan kadang di beri tetes mata.
Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini secara umum
A.
Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
B.
Disarankan untuk mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi misalnya
pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing.
C.
Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau dengan
jongkok.
D.
Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua
tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya
dibiarkan.
E.
Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat
dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum
satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu
gunakan topi bayi.
F.
Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
G.
Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku
bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam,
bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan
bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu
jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum
menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap
bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
H.
Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu
yang melahirkan dengan tindakan seperti operasi Caesar.
I.
Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu
jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin
K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.
J.
Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu
dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian
minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.
Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan Menurut
Ambarwati (2009) Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan antara lain
a.
Begitu lahir bayi diletakkan di atas perut ibu yang sudah di alasi kain
kering.
b.
Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya.
c.
Tali pusat dipotong lalu diikat.
d.
Vernik (zat lemak
putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini
membuat nyaman kulit bayi.
e.
Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau diperut ibu
dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama.
Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
2.1.1.4. Peran bidan dalam
Inisiasi Menyusu Dini.
Menurut Inayati (2009) peran bidan dalam IMD
meliputi :
A.
Sebelum persalinan (Tahap persiapan dan informasi).
a.
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
penatalaksanaan inisiasi menyusu dini.
b.
Mengkaji kebersihan diri klien. Bila perlu anjurkan
klien untuk membersihkan diri atau mandi terlebih dahulu.
c.
Mempersiapkan alat tambahan untuk pelaksanaan inisiasi
menyusu dini yaitu 3 buah kain pernel yang lembut dan kering serta sebuah topi
bayi. Menganjurkan agar klien mendapat dukungan dan pendamping selama proses persalinan dari suami
atau keluarga.
d.
Membantu meningkatkan rasa percaya diri klien.
e.
Memberikan suasana yang layak dan nyaman untuk persalinan.
f.
Memfasilitasi klien mengurangi rasa nyeri persalinan dengan
mobilisasi dan relaksasi.
g.
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman untuk melahirkan.
B.
Proses persalinan (Tahap pelaksanaan)
a.
Membuka baju klien di bagian perut dan dada.
b.
Menyimpan kain pernel yang lembut dan kering diatas
perut ibu.
c.
Setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas perut ibu.
d.
Bayi dikeringkan dari kepala hinga kaki dengan kain
lembut dan kering (kecuali kedua lengannya, karena bau ketuban yang menempel
pada lengan bayi akan memandu bayi untuk menemukan payudara ibu) sambil
melakukan penilaian awal Bayi Baru Lahir (BBL).
e.
Melakukan penjepitan, pemotongan dan pengikatan tali
pusat.
f.
Melakukan kontak kulit dengan menengkurapkan bayi di
dada ibu tanpa dibatasi alas.
g.
Selimuti ibu dan bayi, kalau perlu pakaikan topi di
kepala bayi.
h.
Menganjurkan ibu untuk memberikan sentuhan lembut pada
punggung bayi.
i.
Menganjurkan pada suami atau keluarga untuk
mendampingi ibu dan bayi.
j.
Memberikan dukungan secara sabar dan tidak
tergesa-gesa.
k.
Membantu menunjukkan pada ibu perilaku pre-feeding
(Pre-feeding behavior) yang positif : istirahat dalam keadaan siaga,
memasukan tangan ke mulut, menghisap dan mengeluarkan air liur, bergerak kearah
payudara dengan kaki menekan perut ibu, menjilat-jilat kulit ibu, menghentakkan
kepala, menoleh ke kanan dan ke kiri, menyentuh puting susu dengan tangannya,
menemukan puting susu, menghisap dan mulai minum ASI.
l.
Membiarkan bayi menyusu awal sampai si bayi selesai
menyusu pada ibunya dan selama ibu menginginkannya.
m.
Bidan melanjutkan
asuhan persalinan.
PERTEMUAN KE 3
3.1 respon
orang tua terhadap bounding attacment
3.1.1. Bounding
attachment
Definisi
- Bonding attachment terjadi pada kala IV, dimana
diadakan kontak antar ibu, ayah-anak dan berada dalam ikatan
kasih. Bonding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antara
individu, misalnya antara orang tua dan anak, saat pertama kali mereka
bertemu (Brazelton (1978))
- Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan
perasaan areksi (kasih saying) oleh ibu kepada bayinya segera setelah
lahir. Bounding merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan
perasaan afeksi ( kasih sayang )
- menurut Nelson dan May (1996) attachment
merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan perhatian serta
adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab
- attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi
secara spesifik sepanjang waktu
- Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau
loyalitas yang mengikat individu dengan aidividu lain (Brazelton (1978))
- Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau
loyalitas yang mengikat individu dengan aidividu lain. Atachmen
merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
- Menurut Klaus, kenell (1992), bonding attachment
bersifat unik, spesifik, dan bertahan lama. Mereka juga menambahkan bahwa
ikatan orang tua terhadap anaknya dapt terus berlanjut bahkan selamanya
walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan secara fisik
tidak terlihat.
- Menurut MATERNAL
NEONATAL HEALTH.
Bonding attachment adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan postpartum.
Bounding Atachmen adalah kontak awal
antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang
merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih
sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara orang
tua dan bayinya.
Prakondisi yg m’pengaruhi ikatan
(mercer, 1996)
- Kesehatan emosional orang tua
- Sistem dukungan social yang meliputi pasangna
hidup, teman dan keluarga
- Suatu tigkat keterampilan alam berkomunikasi dan
dalam member asuhan yang kompeten
- Kedekatan orang tua dengan bayi
- Kecocokan orang tua-bayi (termasuk keadaan,
temperamen, dan jenis kelamin)
Tahap-tahap bounding attachment
- Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan
kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah
mengenal bayinya.
- Bounding (keterikatan)
- Attachment, perasaan kasih sayang yang
mengikat individu dengan indivudu lain
Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian
penting dari ikatan ialah perkenalan
Elemen-elemen bounding attachment
meliputi:
1.Sentuhan
- Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara
ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk
mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan
ujung jarinya.
- Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan
yang hampir sama yakni pengasuh memulai eksplorasi jari tangan ke bagian
kepala dan tungkai kaki.
- Tidak lama kemudian pengasuh memakai telapak
tangannya untuk mengelus badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya.
Gerakan ini dipakai menenangkan bayi.
2. Kontak mata
- Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional
mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih
banyak wktu utuk salaing memandang. Beberap ibu mengatakan, dengan
melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat degan bayinya
3. Suara
- Saling mendenganr dan meresponi suara antara
orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama
bayinya dengan tegang. Sedangkan bayi akan menjadi tenag dan berpaling kea
rah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada
tinggi.
4. Aroma
- Perilaku lain yang terjalaina antara orang tua
dan bayi ialah respons terhadap aroma / bau masing-masing. Ibu mengetahui
setiap anak memiliki aroma yang unik. Sedangkan bayi belajar dengan cepat
untuk membedakan aroma susu ibunya.
5. Entraiment (gaya bahasa)
- Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan
struktur pembicaraaan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat
kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikut nada
suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mula berbicara. Irama
ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan
suatu pola komunikasi efektif yang positif.
6. Bioritme (Irama kehidupan)
- Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat
dikatakan senada dengan ritme alamiah ibuya. Untuk itu, salah satu tugas
bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat
membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsive. Hal
ini dapat meningkatkan interaksi social dan kesempatan bayi untuk belajar.
7. Kontak dini
- Saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang
menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting
hubungan orang tua-anak.
- Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa
keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini:
- Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat
- Reflek menghisap dilakukan dini
- Pembentuk kekebalan aktif dimulai
- Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan
anak
Prinsip dan upaya meningkatkan
bounding attachment
a. menit pertama jam pertama
b. Sentuhan orang tua pertama kali
c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis
d. Terlibat proses persalinan
e. Persiapan PNC sebelumnya
f. Adaptasi
b. Sentuhan orang tua pertama kali
c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis
d. Terlibat proses persalinan
e. Persiapan PNC sebelumnya
f. Adaptasi
g. Kontak
sedini mungkin sehingga dapat membangut dalam member kehangatan pada bayi,
menurunkan rasa sakit ibu, serta member rasa nyaman
h. Fasilitas untuk kontak lebih lama
i. Penekanan pada hal-hal
positif
j. Perawat meternitas khusus
(bidan)
l. Libatkan anggota keluarga
lainnya
k. Informasi bertahap mengenai
bounding attachment
Dampak Positif &
Hambatan Bounding Attachment
Dampak positif bounding attachment
- Bayi merasa dicintai, diperhatikan,
mempercayai, menumbuhkan sikap social Bayi merasa aman, berani
mengadakan eksplorasi
Hambatan bounding attachment
- Kurang support sistem
- Ibu dengan risiko
- Bayi dengan risiko
- Kehadiaran bayi yang tidak diinginkan
3.1.2. Respon Ayah
dan Keluarga
- Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang
terlupakan, terutama bila hal ini merupakan anak yang pertama. Sebelum
bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian terbesar dari keluarganya yang
terdiri dari dua orang.
- Kini rumah menjadi tidak terkendali, makan
menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami gangguan dan hubungan seksual
untuk sementara ditangguhkan.
- Ayah harus dilibatkan dalam perwatan anak dan
pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab seperti ini,
mereka menjadi bagian dari pengalaman mengasuh anak. Sebagai akibat,
pasangan menjadi lebih dekat
- Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang
rumitnya dibandingkan peran istri. Tentu sang ayah tidak mengandung si
bayi selam 9 bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara fisik dan
emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi
penting sekali.
- Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin
merasa sangat lega dan juga gembira serta gugup. Sewaktu menyaksikan
kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta membanjir ke permukaan
menghilangkan kekhwatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai
keterikatan dengan bayinya.
- Sang ayah juga merasakan penghargan yang besar
dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya
- Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang
seaktif mungkin. Misalnya, saat istrinya melahirkan di rumah sakit, ayah
mungkin di tempatkan di dalam ruang rawat gabung sampai waktunya membaw
pulang bayi ke rumah. Ini akan membantu ayah merasa tidak seperti penonton
tetapi lebih sebagai peserta aktif.
- Ayah akan mengenal bayinya dari permulaaan juga
memungkinkan ayah berbagi pengalaman emonsional dengan istirnya.
- Begitu selurh keluarga berada di rumah, sang ayah
dapat dan harus membantu memakaikan popok, memandikan dan membuat senang
bayi.
- Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu
melaksanakan pekerjaan sehari-hari mengurus rumah dan anak sebaik ibu.
Umumnya ayah yang bersedia mengurus rumah tangga hanya untuk menyenangkan
istrinya saja. Alangkah baiknya jika pekerjaan ini dikerjakan dengan
perasaan bahwa sudah selayaknya menerima tanggung jawab di dalam rumah yaitu
merawat anak dan rumah tangga sehari-hari
3.1.3. Sibling
Rivally
definisi
- persaingan saudara kandung adalah kecemburuan,
kompetisi, dan berkelahi antara saudara.
- Persaingan ini dimulai segera setelah kelahiran
anak yang kedua.
faktor penyebab sibling rivalry
- Kasih sayang orang tua yang terbagi.
- Kecenderungan terhadap satu anak
- Orang tua memuji kelebihan anak yang lain
dihadapan anak yang memiliki kekurangan
alasan anak merasa cemburu dan benci
terhadap saudaranya
- Kasih sayang, cinta, dan perhatian orang tua yang
terbagi dengan saudaranya.
- Adanya konflik dan ketidaksetujuan hidup bersama
dengan orang lain dalam jangka waktu yang cukup lama.
- Favoritisme orang tua terhadap salah seorang anak
dapat memicu dendam anak yang lain.
- Kemampuan masing-masing anak yang berbeda dengan
usia yang tidak jauh berbeda dan jenis kelaminnya sama.
Bentuk Perilaku Sibling Rivalry
- bersifat langsung yang dimunculkan dalam bentuk
perilaku agresif mengarah ke fisik seperti menggigit, memukul, mencakar,
melukai, dan menendang atau usaha yang dapat diterima secara sosial untuk
mengalahkan saingannya.
- reaksi tidak langsung yang dimunculkan bersifat
lebih halus sehingga sulit untuk dikenali seperti: mengompol, pura-pura
sakit, menangis, dan menjadi nakal.
Dampak sibling rivalry
- pertengkaran yang terus menerus dipupuk sejak
kecil akan terus meruncing saat anak-anak beranjak dewasa.
- Mereka akan terus bersaing dan saling mendengki
- Dengan adanya persaingan dalam diri anak,
tertanam asumsi bahwa saudara kandung adalah saingannya dan anak harus
paling baik diantara saudara kandungnya
- Dampak yang paling fatal dari sibling rivalry
adalah putusnya tali persaudaraan jika kelak orang tua meninggal
Penatalaksanaan sibling rivalry
Beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mengurangi frekuensi maupun intensitas sibling rivalry :
- Libatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adik.
- Beri anak perhatian dan cinta yang khusus.
- Jangan membanding-bandingkan anak.
- Jangan menjadikan anak sebagai pengasuh adiknya
- Buatlah pembagian tugas rumah masing-masing anak
- Kembangkan dan ajarkan anak bersikap empati dan
memperhatikan saudaranya yang lain.
PERTEMUAN KE 4
4.1. Perubahan
Sistem Endokrin
4.1.1. Perubahan sistem reproduksi
4.1.1.1. Hormon
Plasenta
Selama pasca partum, terjadi perubahan hormone yang
dramatis. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormone-hormon
yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormone Human Plasental Enzym
(hpl), esterogen dan kortisol, plasental enzyme insullinase membalikkan efek
diabetogenetik kehamilan sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna
pada masa puerperium. Ibu diabetic biasanya membutuhkan insulin dalam
jumlah yang jauh lebih kecil selama beberapa hari. Perubahan hormone normal
tersebut menyebabkan masa puerperium menjadi periode transisi untuk metabolism
karbohidrat sehingga mempersulit interprestasi tes toleransi glukosa pada
periode tersebut.
Kadar esterogen dan progesterone menurun secara
mencolok setelah plasenta keluar. Kadar terendah kedua hormone tersebut
tercapai kira-kira satu minggu pascapartum. Penurunan kadar esterogen
berhubungan dengan pembengkakan payudara dan dieresis cairan
ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Kadar
esterogen pada ibu tidak menyusui mulai meningkat pada minggu ke-2 setelah
melahirkan dan lebih tinggi dibandingkan ibu menyusui pada pascapartum hari
ke-17.
4.1.1.2.
Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
Waktu permulaan ovulasi dan mestruasi pada ibu
menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada ibu
menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follicle
stimulating hormone (FSH) terbukti sama antara ibu menyusui dan tidak menyusui,
disimpulkan bahwa ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH ketika kadar
prolaktin meningkat.
Kadar prolaktin meningkat secara progesif sepanjang
masa hamil. Kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam setelah
melahirkan pada wanita menyusui. Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh
kekerapan menyusui, lama setiap penyusuan, dan banyak makanan tambahan yang
diberikan. Perbedaan individual dalam kekuatan mengisap kemungkinan juga
mempengaruhi kadar prolaktin. Hal itu menegaskan bahwa menyusui bukan bentuk
Keluarga Berencana (KB) yang baik. Setelah melahirkan, ibu tidak menyusui
mengalami penurunan kadar prolaktin, mencapai rentang sebelum hamil dalam dua
minggu.
Ovulasi pada ibu tidak menyusui terjadi dini, yakni
dalam 27 hari setelah melahirkan dengan waktu rata-rata 70 sampai 75 hari,
sedangkan pada ibu menyusui, ovulasi terjadi sekitar 190 hari. Sebanyak 15 ibu
menyusui mengalami menstruasi dalam enam minggu dan 45% dalam 12 minggu,
sedangkan diantara ibu yang tidak menyusui, 40% mengalami menstruasi dalam enam
minggu, 65% dalam 12 minggu, dan 90% dalam 24 minggu. Sebagian besar (80%)
ibu menyusui mengalami siklus menstruasi pertama yang tidak mengandung ovum
(anovulatory), sedangkan 50% ibu yang tidak menyusuimengalami siklus menstruasi
pertama yang tidak mengandung ovum. Cairan menstruasi pertama setelah
melahirkan biasanya lebih banyak dibandingkan normal. Jumlah cairan menstruasi
ibu kembali sebelum hamil dalam tiga sampai empat siklus.
4.1.2. Perubahan Tanda Tanda Vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital
dapat terlihat, jika ibu dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik
peningkatan tekanan darah sistole maupun diastole dapat timbul dan berlangsung
selama sekitar empat hari ibu melahirkan. Fungsi pernafasan kembali ke fungsi
saat ibu tidak hamil pada bulan ke-6 setelah ibu melahirkan. Setelah rahim
kosong, diafragma menurun, aksis jantung kembali normal, dan impuls titik
maksimum, dan EKG kembali normal.
4.1.3. Perubahan Sistem
Kardiovaskuler
4.1.3.1.
Volume Darah
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa
factor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskular (edema fisiologis). Kehilangan darah
merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, namun terbatas.
Setelah itu, terjadi perpindahan cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun
dengan lambat. Volume darah biasanya menurun sampai volume sebelum hamil pada
minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir.
Hipervolemia yang diakibatkan oleh kehamilan
(peningkatan yang sekurang-kurangnya 40% lebih dari volume tidak hamil)
menyebabkan kebanyakan ibu dapat menoleransi kehilangan darah saat melahirkan.
Banyak ibu kehilangan 300 sampai 400 ml darah sewaktu melahirkan bayi tunggal
pervaginam atau sekitar dua kali lipat jumlah itu pada saat operasi sesar.
Penyesuaian pembuluh darah maternal setelah melahirkan
berlangsung dramatis dan terlalu cepat. Respons wanita dalam menghadapi
kehilangan darah selama postpartum dini berbeda dengan respons ibu tidak hamil.
Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi ibu adalah:
ü Sirkulasi uteroplasenta
yang hilang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10% sampai 15%
ü Endokrin
plasenta yang tidak berfungsi menghilangkan stimulus vasodilatasi
ü Terjadi
mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan selama hamil. Oleh karena itu, syok
hipovolemik biasanya tidak terjadi pada kehilangan darah normal.
4.1.3.2. Curah
Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan
curah jantung meningkat sepanjang kehamilan. Segera setelah ibu melahirkan,
keadaan tersebut dapat meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit
karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke
sirkuit umum. Nilai tersebut meningkat pada semua jenis kelahiran atau semua
pemakaian konduksi anestesi. Data mengenai hemodinamika jantung yang secara
pasti kembali normal tidak tersedia, namun nilai curah jantung normal
ditemukan, bila pemeriksaan dilakukan 8 sampai 10 minggu setelah ibu
melahirkan.
4.1.3.3.
Varises
Varises ditungkai dan disekitar anus
(hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil. Varises, bahkan varises vulva
yang jarang dijumpai, dapat mengecil dengan cepat setelah bayi lahir. Operasi
varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau mendekati
total diharapkan terjadi setelah melahirkan.
4.1.4. Perubahan Sistem
Hematologi
Volume
plasma lebih banyak hilang dibandingkan sel darah merahpada 72 jam pertama
selama masa persalinan. Apabila tidak ada komplikasi, keadaan hematokrit dan
hemoglobin dapat kembali pada keadaan sebelum hamil dalam 4-5 minggu
pascapartum. Jumlah sel darah putih (leukositosis) pada ibu pascapartum selama
10-12 hari umumnya bernilai antara 20.000-25.000/mm3 merupakan hal-hal yang
umum.
Komponen
Darah
4.1.4.1. Hematokrit
dan Hemoglobin
Selama 72 jam pertama setelah bayi
lahir, volume plasma yang hilang lebih besar dibandingkan sel darah yang
hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah (SDM)
berhubungan dengan peningkatan hematrokit pada hari ke-3 sampai hari ke-7
pascapartum. Tidak ada SDM yang rusak selama pascapartum, tetapi semua
kelebihan SDM dapat menurun secara bertahap sesuai usia SDM tersebut. Waktu
yang pasti kembalinya volume SDM ke nilai sebelum hamil tidak diketahui, namun
volume itu berada dalam batas normal saat dikaji 8 minggu setelah melahirkan.
4.1.4.2.
Hitung Sel Darah Putih
Leukositosis normal pada kehamilan
rata-rata sekitar 12,000/mm3. Selama 10 sampai 12 hari pertama setelah bayi
lahir nilai keukosit antara 20.000 dan 25,000/mm3 merupakan hal yang umum.
Neutrofil merupakan sel darah putih yang paling banyak. Keberadaan leukositosis
disertai peningkatan normal laju endap darah merah dapat membingungkan dalam
menegakkan diagnosis infeksi akut selama waktu tersebut.
4.1.4.3.
Faktor Koagulasi
Factor-faktor pembengkuan dan
fibrinogen biasanya meningkat selama masa hamil dan tetap meningkat pada awal
puerpurium. Keadaan hiperkoagulasi, yang dapat diiringi dengan kerusakan
pembuluh darah dan imobilitas, mengakibatkan peningkatan resiko
tromboembolisme, terutama setelah ibu melahirkan secara sesar. Aktivitas
fibrinolitik meningkat juga selama beberapa hari pertama setelah bayi lahir.
Factor I, II, VIII, IX, dan X menurun dalam beberapa hari untuk mencapai kadar
sebelum hamil. Produk pemecahan fibrin yang kemungkinan dilepaskan dari bekas
tempat plasenta dapat juga ditemukan dalam darah maternal.
PERTEMUAN KE 5
5.1. Proses adaptasi psikologi
ibu masa nifas
5.1.1.
Proses adaptasi psikologi ibu masa nifas
Setelah melahirkan, ibu mengalami
perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa
perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa,
menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada dibawah
tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang
harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang
luar biasa sekarang untuk menjadi seorang ibu.
Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit
perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan
dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
Ada tiga fase dalam masa adaptasi peran pada masa
nifas, antara lain adalah :
5.1.1.1.
Periode “Taking In” atau “Fase dependent”
Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan,
ketergantungan ibu sangat menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan segala
kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991) menetapkan periode
beberapa hari ini sebagai fase menerima yang disebut dengan taking in phase.
Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 sampai 3
hari.
Ia akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin
dan melahirkan. Pada saat ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu
dapat menjalan masa nifas selanjutnya dengan baik. Membutuhkan nutrisi yang
lebih, karena biasanya selera makan ibu menjadi bertambah. Akan tetapi jika ibu
kurang makan, bisa mengganggu proses masa nifas.
a. Periode ini terjadi selama 2-3
hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung,
perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
b. Ia mungkin akan
mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu melahirkan.
c. Tidur tanpa gangguan sangat
penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.
d. Peningkatan nutrisi
dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan
proses laktasi aktif.
e. Dalam memberikan asuhan,
bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan
dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya.
Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil perjuangan ibu sehingga
dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan harus dapat menciptakan suasana yang
nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka mengemukakan
permasalahan yang dihadapi pada bidan. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan
dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap dirinya dan
bayinya hanya karena kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan
bidan.
5.1.1.2.
Periode “Taking Hold” atau “Fase independent”
Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai pada
hari-hari pertama setelah melahirkan, maka pada hari kedua sampai keempat mulai
muncul kembali keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas sendiri. Di satu
sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang lain tetapi disisi lain ia ingin
melakukan aktivitasnya sendiri. Dengan penuh semangat ia belajar mempraktekkan
cara-cara merawat bayi. Rubin (1961) menggambarkan fase ini sebagai fase taking
hold.
Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk
menguasai tentang ketrampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui,
memandikan dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak sensitive dan merasa
tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut, cenderung menerima nasihat bidan
atau perawat karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang
bersifat pribadi. Pada tahap ini Bidan penting memperhatikan perubahan yang
mungkin terjadi.
a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4
post partum.
b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya
menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan
fungsi tubuhnya, BAB,BAK, serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai
keterampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, memandikan, memasang popok,
dan sebagainya.
e. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif
dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut.
f. Pada tahap ini, bidan harus
tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi.
g. Tahap ini merupakan waktu yang tepat
bagi bidan untuk memberikan bimbingan cara perawatan bayi, namun harus selalu
diperhatikan teknik bimbingannya, jangan sampai menyinggung perasaan atau
membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari kata
“jangan begitu” atau “kalau kayak gitu salah” pada ibu karena hal itu akan
sangat menyakiti perasaannya dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti
bimbingan yang bidan berikan.
5.1.1.3.
Periode “Letting Go”
Periode atau Fase Mandiri (letting go) dimana
masing-masing individu mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri, namun tetap dapat
menjalankan perannya dan masing-masing harus berusaha memperkuat relasi sebagai
orang dewasa yang menjadi unit dasar dari sebuah keluarga.
a. Periode ini biasanya terjadi
setelah ibu pulang kerumah. Periode ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu
dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b. Ibu mengambil tanggung jawab
terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi
yang sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu,
kebebasan, dan hubungan sosial.
c. Depresi post
partum umumnya terjadi pada periode ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa
transisi kemasa menjadi orang tua pada saat post partum, antara lain:
1. Respon dan dukungan keluarga dan teman
Bagi ibu post partum, apalagi pada ibu yang pertama
kali melahirkan akan sangat membutuhkan dukungan orang-orang terdekatnya karena
ia belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik fisik maupun
psikologisnya. Ia masih sangat asing dengan perubahan peran barunya yang begitu
fantastis terjadi dalam waktu yang begitu cepat, yaitu peran sebagai seorang
ibu.
Dengan respon positif dari lingkungan, akan mempercepat proses adaptasi peran
ini sehingga akan memudahkan bagi bidan untuk memberikan asuhan yang sehat.
2. Hubungan dari pengalaman melahirkan
terhadap harapan dan aspirasi
Hal yang dialami oleh ibu ketika melahirkan akan
sangat mewarnai alam perasaannya terhadap perannya sebagai ibu. Ia akhirnya
menjadi tahu bahwa begitu beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan bayinya
dan hal tersebutakan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa. Banyak
kasus terjadi, setelah seorang ibu melahirkan anaknya yang pertama, ia akan
bertekad untuk lebih meningkatkan kualitas hubungannya dengan ibunya.
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan
anak yang lalu
Walaupun kali ini adalah bukan lagi pengalamannya yang
pertama melahirkan bayinya, namun kebutuhan untuk mendapatkan dukungan positif
dari lingkungannya tidak berbeda dengan ibu yang baru melahirkan anak pertama.
Hanya perbedaannya adalah teknik penyampaian dukungan yang diberikan lebih
kepada support dan apresiasi dari keberhasilannya dalam melewati saat-saat
sulit pada persalinannya yang lalu.
4. Pengaruh budaya
Adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan
keluarga sedikit banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat
transisi ini. Apalagi jika ada hal yang tidak sinkron antara arahan dari
tenaga kesehatan dengan budaya yang dianut. Dalam hal ini, bidan harus
bijaksana dalam menyikapi, namun tidak mengurangi kualitas asuhan yang harus
diberikan. Keterlibatan keluarga dari awal dalam menentukan bentuk asuhan dan
perawatan yang harus diberikan pada ibu dan bayi akan memudahkan bidan dalam
pemberian asuhan.
5.1.1.1. Perubahan peran
Terjadinya perubahan peran, yaitu
menjadi orang tua setelah kelahiran anak. Sebenarnya suami dan istri sudah
mengalami perubahan peran mereka sejak masa kehamilan. Perubahan peran ini
semakin meningkat setelah kelahiran anak. Contoh, bentuk perawatan dan asuhan
sudah mulai diberikan oleh si ibu kepada bayinya saat masih berada dalam
kandungan adalah dengan cara memelihara kesehatannya selama masih hamil,
memperhatikan makanan dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan
sebagainya.
Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas
muncul tugas dan tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-perubahan
perilaku. Perubahan tingkah laku ini akan terus berkembang dan selalu mengalami
perubahan sejalan dengan perkembangan waktu cenderung mengikuti suatu arah yang
bisa diramalkan.
Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan
sebaliknya bayi belajar mengenal orang tuanya lewat suara, bau badan dan
sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan bayinya akan
kasih sayang, perhatian, makanan, sosialisasi dan perlindungan.
Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi
dengan keluarga sebagai satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini
menyangkut peran negosiasi (suami-istri, ayah-ibu, orang tua anak, dan
anak-anak).
5.1.1.2.
Peran menjadi orang tua setelah melahirkan
Selama periode postpartum, tugas dan
tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan
yang baru. Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan
bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini
ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama
periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat
minggu.
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama
membangun kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi
(suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua mendemonstrasikan kompetensi
yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat bayi dan menjadi lebih
sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung kira-kira selama 2
bulan.
5.1.1.3.
Tugas dan tanggung jawab orang tua
Tugas pertama orang tua adalah
mencoba menerima keadaan bila anak yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Karena dampak dari kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses
pengasuhan anak.
Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan
tersebut akan menyebabkan orang tua kurang melibatkan diri secara penuh dan
utuh. Bila perasaan kecewa tersebut tidak segera diatasi, akan membutuhkan waktu
yang lama untuk dapat menerima kehadiran anak yang tidak sesuai dengan harapan
tersebut.
Orang tua perlu memiliki
keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang meliputi kegiatan-kegiatan
pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang diberikan bayi untuk memenuhi
kebutuhannya serta bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda
tersebut.
Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua
terhadap bayinya, antara lain :
1. Orang tua harus
menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus terbawa dengan khayalan
dan impian yang dimilikinya tentang figur anak idealnya. Hal ini berarti orang
tua harus menerima penampilan fisik, jenis kelamin, temperamen dan status fisik
anaknya.
2. Orang tua harus yakin
bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pdibadi yang terpisah dari diri
mereka, artinya seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dan memerlukan
perawatan.
3. Orang tua harus bisa
menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk aktivitas merawat bayi,
memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan bayi dalam mengatakan apa yang
diperlukan dan member respon yang cepat
4. Orang tua harus
menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk menilai
kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi.
5. Orang tua harus
menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam keluarga. Baik bayi ini
merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua anggota keluarga harus
menyesuaikan peran mereka dalam menerima kedatangan bayi.
Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga
diri orang tua akan tumbuh bersama dengan meningkatnya kemampuan
merawat/mengasuh bayi. Oleh sebab itu bidan perlu memberikan bimbingan kepada
si ibu, bagaimana cara merawat bayinya, untuk membantu mengangkat harga
dirinya.
5.1.2. KEADAAN ABNORMAL PADA
PSIKOLOGI IBU NIFAS
5.1.2.1. POST
PARTUM BLUES
Post Partum
Blues merupakan suatu fenomena psikologis yang dialami oleh ibu dan
bayinya. Biasanya tejadi pada hari ke-3 sampai ke-5 post partum. Angka
kejadiannya 80% dari ibu post partum mengalaminya, dan berakhir beberapa
jam/hari.
Merupakan kesedihan atau kemurungan
setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua
hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai dengan gejala-gejala
sebagai berikut :
1.
Sedih
2.
Cemas tanpa sebab
3.
Menangis tanpa sebab
4.
Tidak sabar
5.
Tidak percaya diri
6.
Sensitif
7.
Mudah tersinggung (iritabilitas)
8.
Merasa kurang menyayangi bayinya
Post partum blues ini
dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan. Oleh sebab itu,
sering tidak diperdulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditindak
lanjuti sebagaimana seharusnya. Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bisa
menjadi serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan
berlanjut menjadi depresi dan psikosis post partum. Banyak ibu yang berjuang
sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada hal yang
salah namun mereka sendiri tidak mengetahui penyebabnya.
Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini
adalah berikan perhatian dan dukungan yang baik baginya, serta yakinkan
padanya bahwa ia adalah orang yang berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang
terpenting, berikan kesempatan untuk beristirahat yang cukup. Selain itu,
dukungan positif atas keberhasilannya menjadi orang tua dari bayi yang baru
lahir dapat membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.
PERAN BIDAN
1. Menjalin hubungan
baik dengan keluarga dalam mengembangkan upaya menjalin kasih sayang dengan
bayinya
2. Hal ini merupakan
tanda awal kesulitan dalam pengasuhan anak di masa yang akan datang
3. Waspada terhadap
reaksi negatif yang menonjol dari orang tua, seperti :
ü Perilaku
negatif orang tua
ü Sikap verbal
dan nonverbal
ü Interaksi
yang tidak mendukung (tidak menyentuh bayinya)
ü Ucapan
kekecewaan/merendahkan
4. Upaya memperkokoh
hubungan bayi dengan orang tuanya (seperti menggendong, mengajak bayinya
bercerita, dan sebagainya)
5. Mendorong orang tua untuk
melihat dan memeriksa bayi mereka dengan komentar positif tentang bayinya
6. Berikan
anjuran-anjuran/advice pada ibu dan keluarga :
ü
Anjurkan pada ibu untuk melepaskan saja emosi, tidak
perlu ditahan-tahan. Ingin menangis, marah, lebih baik dekspresikan saja.
ü
Usahakan agar ibu mendapatkan istirahat yang cukup
(kalau ada kesempatan gunakan untuk tidur, walaupun hanya 10 menit).
ü
Berikan motivasi pad ibu, agar ibu menyadari badai
pasti berlalu. Rasa sakit setelah melahirkan pasti akan sembuh, rasa sakit
ketika awal-awal memberi ASI pasti akan hilang, teror tangis bayi lambat laun
akan berubah menjadi ocehan dan tawa yang menggemaskan, bayi yang
“menjengkelkan”, beberapa bulan lagi akan menjadi bayi mungil yang menakjubkan,
dan lain-lain
ü
Minta bantuan orang lain, misalnya kerabat atau teman
untuk membantu mengurus si kecil.
ü
Ibu yang baru saja melahirkan sangat butuh instirahat
dan tidur yang cukup. Lebih banyak istirahat di minggu-minggu dan bulan-bulan
pertama setelah melahirkan, bisa mencegah depresi dan memulihkan tenaga yang
seolah terkuras habis.
ü
Hindari makan manis serta makanan dan minuman yang
mengandung kafein, karena kedua makanan ini berfungsi untuk memperburuk
depresi.
ü
Konsumsi makanan yang bernutrisi agar kondisi tubuh
cepat pulih, sehat dan segar
ü
Coba berbagi rasa dengan suami atau orang terdekat
lainnya, dukungan dari mereka bisa membantu mengurangi depresi
5.1.3. KESEDIHAN
DAN DUKA CITA
Dalam bahasan kali ini, gunakan
istilah “berduka”, yang diartikan sebagai respon psikologis terhadap
kehilangan. Proses berduka sangat bervariasi, tergantung dari apa yang hilang,
serta persepsi dan keterlibatan individu terhadap apa pun yang hilang. “kehilangan”
dapat memiliki makna, mulai dari pembatalan kegiatan (piknik, perjalanan atau
pesta) sampai kematian orang yang dicintai. Seberapa berat kehilangan
tergantung dari persepsi individu yang menderita kehilangan. Derajat kehilangan
pada individu direfleksikan dalam respon terhadap kehilangan. Contohnya,
kematian dapat menimbulkan respon berduka yang ringan sampai berat, bergantung
pada hubungan dan keterlibatan individu dengan orang yang meninggal.
Kehilangan maternitas termasuk hal yang dialami oleh wanita
yang mengalami infertilitas (wanita yang tidak mampu hamil atau yang tidak
mampu mempertahankan kehamilannya), yang mendapatkan bayinya hidup, tapi
kemudian kehilangan harapan (prematuritas atau kecacatan congenital), dan
kehilangan yang dibahas sebagai penyebab post partum blues (kehilangan
keintiman internal dengan bayinya dan hilangnya perhatian). Kehilangan lain
yang penting, tapi sering dilupakan adalah perubahan hubungan eksklusif antara
suami dan istri menjadi kelompok tiga orang, yaitu ayah, ibu, dan anak.
Dalam hal ini berduka dibagi menjadi 3 tahap, antara
lain :
5.1.3.1.
Tahap Syok
Tahap ini merupakan tahap awal dari kehilangan.
Manifestasi perilaku meliputi penyangkalan, ketidakpercayaan, marah, jengkel,
ketakutan, kecemasan, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesedihan,
isolasi, mati rasa, menangis, introversi (memikirkan dirinya sendiri), tidak
rasional, bermusuhan, kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif,
bermusuhan, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi, dan kurang konsentrasi.
Manifestasi fisik meliputi gelombang distress somatic yang berlangsung selama
20-60 menit, menghela nafas panjang, penurunan berat badan, anoreksia, tidur
tidak tenang, keletihan, penampilan kurus dan tampak lesu, rasa penuh ditenggorokan,
tersedak, napas pendek, mengeluh tersiksa karena nyeri didada, gemetaran
internal, kelemahan umum, dan kelemahan pada tungkai.
5.1.3.2.
Tahap Penderitaan (fase realitas)
Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya
penyesuaian terhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi selama periode ini.
Contohnya, orang yang berduka akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya tanpa
kehadiran orang yang disayanginya. Dalam tahap ini, ia akan selalu terkenang
dengan orang yang dicintai sehingga kadang akan muncul perasaan marah, rasa
bersalah,dan takut. Nyeri karena kehilangan akan dirasakan secara
menyeluruh, dalam realitas yang memanjang dan dalam ingatan setiap hari.
Menangis adalah salah satu pelepasan emosi yang umum. Selama masa ini,
kehidupan orang yang berduka akan terus berlanjut. Saat individu terus
melanjutkan tugasnya untuk berduka, dominasi kehilangannya secara bertahap
berubah menjadi kecemasan terhadap masa depan.
5.1.3.3.
Tahap resolusi (fase menentukan hubungan yang bermakna)
Selama periode ini, orang yang berduka menerima
kehilangan, penyesuaian telah komplit, dan individu kembali pada fungsinya
secara penuh. Kemajuan ini berhasil karena adanya penanaman kembali
emosiseseorang pada hubungan lain yang lebih bermakna. Penanaman kembali emosi
tidak berarti bahwa posisi orang yang hilang telang tergantikan, tetapi berarti
bahwa individu lebih mampu dalam menanamkan dan membentuk hubungan lain yang
lebih bermakna dengan resolusi, serta perilaku orang tersebut telah kembali
menjadi pilihan yang bebas, mengingatkan selama menderita perilaku ditentukan
oleh nilai-nilai sosial atau kegelisahan internal.
Bidan dapat membantu orang tua untuk melalui proses
berduka, sekaligus memfasilitasi pelekatan mereka dan anak yang tidak sempurna
dengan menyediakan lingkungan yang aman, nyaman, mendengarkan, sabar,
memfasilitasi ventilasi perasaan negatif mereka dan permusuhan, serta penolakan
mereka terhadap bayinya.
Saudara kandung dirumah juga harus diberitahu mengenai
kehilangan sehingga mereka mendapatkan penjelasan yang jujur terhadap perilaku
dari orang tua. Jika tidak, mereka mungkin akan membayangkan bahwa mereka lah
penyebab masalah yang mengerikan dan tidak diketahui tersebut. Saudara kandung
perlu diyakinkan kembali bahwa apapun yang terjadi bukan kesalahan mereka dan
bahwa mereka tetap penting, dicintai, dan dirawat.
PERAN BIDAN
Tanggung jawab utama bidan adalah membagi informasi
tersebut dengan orang tua. Keluarga dapat segera merasakan jika sesuatu tidak
berjalan baik. Pada peristiwa kematian, ibu tidak mendengarkan suara bayi dan
ibu mempunyai hak untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari bidan pada
saat itu juga. Kejujuran dan realitas akan jauh lebih baik menghibur daripada
keyakinan yang palsu atau kerahasiaan.
PERTEMUAN KE
6
6.1. Kebutuhan dasar ibu masa nifas
Periode post partum adalah waktu
penyembuhan dan perubahan, waktu kembali ke keadaan tidak hamil. Dalam masa
nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan
pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein,
membutuhkan istirahat yang cukup dsb. Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu
nifas antara lain:
6.1.1. Kebutuhan
nutrisi dan cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang
cukup, bergizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat.
ü
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, (ibu harus
mengkonsumsi 3 sampai 4 porsi setiap hari)
ü
Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu
untuk minum setiap kali menyusui)
ü
Pil zat besi harus diminum, untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin
ü
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
6.1.2. Kebutuhan
Ambulasi
Sebagian besar pasien dapat
melakukan ambulasi segera setelah persalinan usai. Aktifitas tersebut amat
berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi
dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah trombosis pada pembuluh
tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi
sehat. Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara
aktivitas dan istirahat.
6.1.3.Kebutuhan Eliminasi : BAB/BAK
Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Selama kehamilan terjadi peningkatan ektraseluler 50%. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urine. Umumnya pada partus lama yang kemudian diakhiri dengan ektraksi vakum atau cunam, dapat mengakibatkan retensio urine. Bila perlu, sebaiknya dipasang dower catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing. Dengan demikian, jika ada kerusakan-kerusakan pada otot-otot kandung kencing, otot-otot cepat pulih kembali sehingga fungsinya cepat pula kembali.
Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan karena enema prapersalinan, diit cairan, obat-obatan analgesik selama persalinan dan perineum yang sakit. Memberikan asupan cairan yang cukup, diet yang tinggi serat serta ambulasi secara teratur dapat membantu untuk mencapai regulasi BAB.
6.1.4. Kebersihan diri/perineum
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal..
Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika.
6.1.5. Kebutuhan Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
6.1.6. Hubungan Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokea telah berhenti. Hendaknya pula hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan, karena pada waktu itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali. Ibu mengalami ovulasi dan mungkin mengalami kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah persalinan. Untuk itu bila senggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke-40, suami/istri perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan konseling tentang pelayanan KB.
6.1.7. Latihan senam nifas
Pada saat hamil otot perut dan sekitar rahim serta vagina telah teregang dan melemah. Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri punggung dikemudian hari dan terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK.
Latihan senam nifas yang dapat dilakukan antara lain :
1. Senam otot dasar panggul (dapat dilakukan setelah 3 hari pasca persalinan)
Langkah-langkah senam otot dasar panggul:
ü Kerutkan/ kencangkan otot sekitar vagina, seperti kita menahan BAK selama 5 detik, kemudian kendorkan selama 3 detik, selanjutnya kencangkan lagi. Mulailah dengan 10 kali 5 detik pengencangan otot 3 kali sehari
Secara bertahap lakukan senam ini sampai mencapai 30-50 kali 5 detik dalam sehari.ü
2. Senam otot perut ( dilakukan setelah 1 minggu nifas)
Senam ini dilakukan dengan posisi berbaring dan lutut ttertekuk pada alas yang datar dan keras. Mulailah dengan melakukan 5 kali per hari untuk setiap jenis senam di bawah ini. Setiap minggu tambahkan frekuensinya dengan 5 kali lagi, maka pada akhir masa nifas setiap jenis senam ini dilakukan 30 kali.
Langkah-langkah senam otot perut :
a. Menggerakkan panggul
Ratakan bagian bawah punggung dengan alas tempat berbaring.ü
Keraskan otot perut/panggul, tahan sampai 5 hitungan, bernafas biasa.ü
Otot kembali relaksasi, bagian bawah ounggung kembali ke posisi semula.ü
b. Bernafas dalam
Tariklah nafas dalam-dalam dengan tangan diatas perut.ü
Perut dan tangan diatasnya akan tertarik keatas. Tahan selama 5 detik.ü
Keluarkan nafas panjang.ü
Perut dan tangan diatasnya akan terdorong kebawah.ü
Kencangkan otot perut dan tahan selama 5 detik.ü
c. Menyilangkan tungkai
Lakukan posisi seperti pada langkah Aü
Pada posisi tersebut, letakkan tumit ke pantat.ü
Bila hal ini tak dapat dilakukan, maka dekatkan tumit ke pantat sebisanya.ü
Tahan selama 5 detik, pertahankan bagian bawah punggung tetap rata.ü
d. Menekukkan tubuh
Lakukan posisi seperti langkah Aü
Tarik nafas dengan menarik dagu dan mengangkat kepala.ü
Keluarkan nafas dan angkat kedua bahu untuk mencapai kedua lutut.ü
Tahan selama 5 detik.ü
Tariklah nafas sambil kembali ke posisi dalam 5 hitungan.ü
e. Bila kekuatan tubuh semakin baik, lakukan sit-up yang lebih sulit.
Dengan kedua lengan diatas dadaü
Selanjutnya tangan di belakang kepalaü
Ingatlah untuk tetap mengencangkan otot perutü
Bagian bawah punggung tetap menempel pada alas tempat berbaring.ü
Catatan :
Bila ibu merasa pusing, merasa sangat lelah atau darah nifas yang keluar bertambah banyak, ibu sebaiknya menghentikan latihan senam nifas. Mulai lagi beberapa hari kemudian dan membatasi pada latihan senam yang dirasakan tidak terlalu melelahkan.
6.1.3.Kebutuhan Eliminasi : BAB/BAK
Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Selama kehamilan terjadi peningkatan ektraseluler 50%. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urine. Umumnya pada partus lama yang kemudian diakhiri dengan ektraksi vakum atau cunam, dapat mengakibatkan retensio urine. Bila perlu, sebaiknya dipasang dower catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing. Dengan demikian, jika ada kerusakan-kerusakan pada otot-otot kandung kencing, otot-otot cepat pulih kembali sehingga fungsinya cepat pula kembali.
Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan karena enema prapersalinan, diit cairan, obat-obatan analgesik selama persalinan dan perineum yang sakit. Memberikan asupan cairan yang cukup, diet yang tinggi serat serta ambulasi secara teratur dapat membantu untuk mencapai regulasi BAB.
6.1.4. Kebersihan diri/perineum
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal..
Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika.
6.1.5. Kebutuhan Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
6.1.6. Hubungan Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokea telah berhenti. Hendaknya pula hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan, karena pada waktu itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali. Ibu mengalami ovulasi dan mungkin mengalami kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah persalinan. Untuk itu bila senggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke-40, suami/istri perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan konseling tentang pelayanan KB.
6.1.7. Latihan senam nifas
Pada saat hamil otot perut dan sekitar rahim serta vagina telah teregang dan melemah. Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri punggung dikemudian hari dan terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK.
Latihan senam nifas yang dapat dilakukan antara lain :
1. Senam otot dasar panggul (dapat dilakukan setelah 3 hari pasca persalinan)
Langkah-langkah senam otot dasar panggul:
ü Kerutkan/ kencangkan otot sekitar vagina, seperti kita menahan BAK selama 5 detik, kemudian kendorkan selama 3 detik, selanjutnya kencangkan lagi. Mulailah dengan 10 kali 5 detik pengencangan otot 3 kali sehari
Secara bertahap lakukan senam ini sampai mencapai 30-50 kali 5 detik dalam sehari.ü
2. Senam otot perut ( dilakukan setelah 1 minggu nifas)
Senam ini dilakukan dengan posisi berbaring dan lutut ttertekuk pada alas yang datar dan keras. Mulailah dengan melakukan 5 kali per hari untuk setiap jenis senam di bawah ini. Setiap minggu tambahkan frekuensinya dengan 5 kali lagi, maka pada akhir masa nifas setiap jenis senam ini dilakukan 30 kali.
Langkah-langkah senam otot perut :
a. Menggerakkan panggul
Ratakan bagian bawah punggung dengan alas tempat berbaring.ü
Keraskan otot perut/panggul, tahan sampai 5 hitungan, bernafas biasa.ü
Otot kembali relaksasi, bagian bawah ounggung kembali ke posisi semula.ü
b. Bernafas dalam
Tariklah nafas dalam-dalam dengan tangan diatas perut.ü
Perut dan tangan diatasnya akan tertarik keatas. Tahan selama 5 detik.ü
Keluarkan nafas panjang.ü
Perut dan tangan diatasnya akan terdorong kebawah.ü
Kencangkan otot perut dan tahan selama 5 detik.ü
c. Menyilangkan tungkai
Lakukan posisi seperti pada langkah Aü
Pada posisi tersebut, letakkan tumit ke pantat.ü
Bila hal ini tak dapat dilakukan, maka dekatkan tumit ke pantat sebisanya.ü
Tahan selama 5 detik, pertahankan bagian bawah punggung tetap rata.ü
d. Menekukkan tubuh
Lakukan posisi seperti langkah Aü
Tarik nafas dengan menarik dagu dan mengangkat kepala.ü
Keluarkan nafas dan angkat kedua bahu untuk mencapai kedua lutut.ü
Tahan selama 5 detik.ü
Tariklah nafas sambil kembali ke posisi dalam 5 hitungan.ü
e. Bila kekuatan tubuh semakin baik, lakukan sit-up yang lebih sulit.
Dengan kedua lengan diatas dadaü
Selanjutnya tangan di belakang kepalaü
Ingatlah untuk tetap mengencangkan otot perutü
Bagian bawah punggung tetap menempel pada alas tempat berbaring.ü
Catatan :
Bila ibu merasa pusing, merasa sangat lelah atau darah nifas yang keluar bertambah banyak, ibu sebaiknya menghentikan latihan senam nifas. Mulai lagi beberapa hari kemudian dan membatasi pada latihan senam yang dirasakan tidak terlalu melelahkan.
Pertemuan
ke 7
7.1. Asuhan ibu masa nifas normal
7.1.1. Pengkajian data fisik dan psikososial
Pengkajian data fisik
Melakukan pemeriksaan fisik dan pengkajian
psikososial terhadap ibu, ayah dan anggota keluarga
Mendeteksi
adanya penyimpangan dari kondisi yang normal
Dari masa
prenatal, kaji masalah kesehatan selama kehamilan yang pernah timbul, seperti:
anemia, hipertensi dalam kehamilan dan diabetes.
Kaji proses
persalinan, lama dan jenis persalinan, kondisi selaput dan cairan ketuban,
respon bayi terhadap persalinan, obat-obatan yang digunakan, respon keluarga
khususnya ayah pada persalinan dan kelahiran.
Dilakukan
segera pada masa immediate postpartum, seperti: observasi tanda vital,
keseimbangan cairan, pencegahan kehilangan darah yang abnormal dan eliminai
urin.
Pengkajian data psikososial
Respons ibu
dan suami terhadap kelahiran bayi Pola
hubungan ibu, suami dan keluarga Kehidupan
spiritual dan ekonomi keluarga Kepercayaan
dan adat istiadat.
Adaptasi psikologi ibu setelah
melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah ibu pasif atau cerewet, atau
sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan suami, hubungan dengan bayi, hubungan
dengan anggota keluarga lain, dukungan social dan pola komunikasi termasuk
potensi keluarga untuk memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah
perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru lahir, krisis keluarga.
Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung
dan mudah menangis.
Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian,
ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak
berguna, kecemasan yang berlebihan pada dirinya atau bayinya, sering cemas saat
hamil, bayi rewel, perkawinan yang tidak bahagia, suasana hati yang tidak
bahagia, kehilangan kontrol, perasaan bersalah, merenungkan tentang kematian,
kesedihan yang berlebihan, kehilangan nafsu makan, insomnia, sulit
berkonsentrasi.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan
ritual yang berhubungan dengan budaya pada perawatan post partum, makanan atau
minuman, menyendiri bila menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan,
harapan dan cita-cita.
7.1.2. Riwayat Kesehatan Ibu
Riwayat
kesehatan yang lalu
Kaji apakah
ibu pernah atau sedang menderita penyakit yang dianggap berpengaruh pada
kondisi kesehatan saat ini. Misalnya penyakit-penyakit degeneratif (jantung DM,
dll), infeksi saluran kencing.
Riwayat
penyakit keturunan dalam keluarga
Kaji
apakah didalam silsilah keluarga Ibu mempunyai penyakit keturunan. Misalnya
penyakit ashma, Diabetes Melitus dan penyakit keturunan lainnya.
Riwayat
penyakit menular dalam keluarga
Kaji
apakah keluarga ibu mempunyai riwayat penyakit menular. Misalnya
TBC, hepatitis dan HIV/AIDS.
Riwayat KB
dan Perencanaan Keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang
kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi
yang akan datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
Kebiasaan
Sehari-Hari
a. Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, dan frekuensi.
b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang
atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum).
c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas,
terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut
luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi,
konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah.
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau
tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
7.1.3. Pemeriksaan
fisik
Tanda-tanda vital
• Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami
peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara
spontan kanan darah sebelum hamil selama beberapa hari bidan bertanggung jawab
mengkaji resiko preeklamsi pascapartum,
komplikasi yang relatif jarang, tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah
signifikan.
• Suhu
Suhu
maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum
dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. Perhatikan adanya kenaikan suhu
samapi 38 derajat pada hari kedua sampai hari
kesepuluh yang menunjukkan adanya morbiditas puerperalis.
• Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir,
kembali normal selama beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama
persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini.
Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan
mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
• Pernapasan
Fungsi pernafasan kembali pada
rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau
perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti kelebihan
cairan, seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru.
• Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
• Kepala,wajah dan leher
Periksa ekspresi wajah, adaya oedema, sclera dan
konjuctiva mata, mukosa mulut, adanya pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid
dan bendungan vena jugolaris.
• Dada dan
payudara
Auskultasi jantung dan paru-paru
sesuai ondikasi keluhan ibu, atau perubahan nyata pada penampilan atau
tanda-tanda vital.
Pengakajian
payudara pada periode awal pascapartum meliputi penampilan, Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan integritasi puting, posisi bayi pada payudara, stimulation nepple erexi
adanya kolostrum, apakah payudara terisi susu, Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, dan adanya
sumbatan ductus, kongesti, dan tanda – tanda mastitis potensial. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
• Abdomen dan uterus
Evaluasi
abdomen terhadap involusi uterus, teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal),
musculus rectus abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis recti dan
kandung kemih, distensi, striae. Untuk
involusi uterus periksa kontraksi uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), perabaan distensi blas, posisi dan tinggi fundus uteri. :
Tinggi fundus uterus, , lokasi, kontraksi uterus, nyeri.
• Genitalia
Pengkajian perinium terhadap memar, oedema, hematoma,
penyembuhan setiap jahitan,
inflamasi. Pemeriksaan type, kuntitas dan bau lokhea. Pemeriksaan anus terhadap
adanya hemoroid.
• Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya oedema, nyeri
tekan atau panas pada betis adanya tanda homan, refleks. Tanda homan didapatkan dengan meletakkan satu tangan pada lutut ibu, dan
lakukan tekanan ringan untuk menjaga tungkai tetap lurus. Dorsifleksi kaki tersebut jika terdapat nyeri pada betis maka tanda homan positif.
• Perubahan psikologis
Setelah proses persalinan, terjadi perubahan yang
dramatis bagi seorang ibu
dimana ia kini mempunyai bayi yang harus dilindungi dan dipenuhi kebutuhannya. Dalam perubahan psikologis terdapat beberapa periode :
# Periode Taking In
(a) Periode ini
terjadi 1-2 hari sesudah kelahiran, ibu pasif dan tergantung, dia khawatir akan
tubuhnya.
(b) Ibu akan
mengulang-ngulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan
(c) Tidur tanpa
gangguan sangat penting, bila ibu ingin mencegah gannguan tidur, pusing,
iritabel, interference dengan proses pengembalian keadaan normal.
(d) Peningkatan
nutrisi
# Periode
Taking Hold
a)
Periode ini
berlangsung pada hari 2-4 post
partum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses
dan meningkatkan tanggung jawab bayinya.
b)
Ibu
konsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, buang air kecil, buang air
besar, keluatan, dan ketahanan tubuhnya.
c)
Ibu berusaha
keras untuk menguasai tentang keterampilan tentang perawatan bayi misalnya :
menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok.
d)
Pada masa
ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut,
cenderung menerima nasihat bidan atau perawat karena ia terbuka untuk menerima
pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini bidan penting
memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi.
# Periode
letting Go
a) Terjadi
setelah di rumah
b) Tanggung
jawab ibu dalam merawat bayi
• Data pengetahuan/perilaku ibu
Kaji
pengetahuan ibu yang berhubungan dengan perawatan bayi, perawatan nifas, asi
ekslusif cara menyusui, KB serta
hal-hal lain yang penting diketahui ibu dalam masa nifas dan meyusui.
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang
peran menjadi orang tua dan
tugas-tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi
uterus, perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi,
tanda vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan
kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri
sendiri (nutrisi dan personal hyhiene, payudara) dan kemampuan melakukan
perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui, memandikan dan mengganti
baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi
dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur,
diperjalanan, mengeluarkan secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami
gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.
C. Pendokumentasian asuhan kebidanan
a.
Pengertian
Pendokumentasian kebidanan adalah system pencatatan yang digunakan agar
asuhan yang dilakukan dapat dicatat dengan benar, jelas, sederhana dan logis.
b.
Metode
Metode yang digunakan untuk pendokumentasian asuhan kebidanan adalah
metode SOAP dengan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan Varney.
Metode pendokumnetasian SOAP yang tediri dari :
S : Subjektif
Pada data subjektif
akan menggambarkan beberapa hal antara lain
:
1)
Menilai masalah dari
sudut pandang klien.
2)
Menilai ekspresi klien
mengenai kekhawatiran dan keluhannya.
3)
Dicatat sebagai
kutipan langsung yang berhubungan dengan diagnosa.
4)
Data tersebut
menguatkan diagnosa yang akan dibuat
O : Objektif
1)
Data ini dapat
memberikan bukti gejala klinis klien.
2)
Berisi fakta yang
berhubungan dengan diagnosa .
3)
Memuat data fisiologis
dan hasil observasi.
4)
Ada informasi hasil
kajian secara tekhnologi (missal : hasil laboratorium, USG dan sebagainya yang
berarti dalam menegakkan diagnosa.
A : Analisa
1)
Diagnosa yang
ditetapkan berdasarkan data dari S dan O yang disimpulkan.
2)
Selalu ada informasi
baru baik S dan O karena keadaan klien terus berubah.
3)
Sehingga proses pengkajian berjalan secara
dinamik.
4)
Dapat menganalisa
suatu kejadian penting dalam perkembangan klien .
P : Penatalaksanaan
1)
Membuat rencana
tindakan saat itu atau yang akan datang.
2)
Mengusahakan mencapai
kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan klien yang harus dicapai dalam waktu
tertentu.
3)
Tindakan yang harus
diambil dalam membantu klien mencapai kemajuan dalam kesejahteraan dan proses
selanjutnya.
4)
Didukung dengan
rencana dokter bila dibuat keputusan dalam manajemen kolaborasi.
5)
Pelaksanaan rencana
tindakan dalam mengatasi masalah untuk mencapai tujuan terhadap klien.
6)
Tindakan harus
mendapat persetujuan klien kecuali bila hal tersebut membahayakan klien .
7)
Analisa dari hasil
yang dicapai menjadi fokus dan penilaian dalam ketetapan tindakan.
8)
Jika tujuan tidak
tercapai proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternative sehingga tercapai tujuan.
Dapat menjadi perbaikan dengan perubahan intervensi
dan tindakan serta menunjukan perubahan baik dari rencana awal atau perlu suatu
kolaborasi.
Pertemuan ke 8
PROGRAM
TINDAK LANJUT ASUHAN NIFAS DIRUMAH
8.1. Jadwal Kunjungan Rumah
kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai suatu tindakan
untuk pemerikasaan postpartum lanjutan. apapun sumbernya, kunjungan rumah
direncanakan untuk bekerja sama dengan keluarga dan dijadwalkan berdasarkan
kebutuhan. pada progarm yang terdahulu, kunjungan bisa dilakukan sejak 24 jam
setelah pulang. jarang sekali suatu kunjungan rumah ditunda sampai hari ketiga
setelah pulang kerumah. kunjungan berikut nya di rencanakan di sepanjang minggu
pertama jika diperlukan.
semakin meningkatnya angka kematian ibu di indonesia
pada saat masa nifas (sekitar 60%) mencetuskan pembuatan program dan kebijakan
tekhnis yang lebih baru mengenai jadwal kunjungan masa nifas. paling sedikit
empat kali dilakukan kunjungan masa nifas untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir, juga untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang
terjadi.
jadwal kunjungan tersebut adalah sebagai berikut
kunjungan
|
waktu
|
Tujuan
|
1
|
6-8 jam setelah persalinan
|
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Pemberian ASI awal.
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermia.
|
2
|
6 hari setelah persalinan
|
Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, findus
di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat
menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.
|
3
|
2 minggu setelah persalinan
|
Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
|
4
|
6 minggu setelah persalinan
|
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami atau bayinya.
Memberikan konseling KB secara dini.
Menganjurkan/mengajak ibu membawa bayinya ke posyandu atau puskemas untuk
penimbangan dan imunisasi.
|
KEUNTUNGAN DAN KETERBATASAN
Kunjungan rumah postpartum memiliki keuntungan yang
sangat jelas karena membuat bidan dapat melihat dan berinteraksi dengan anggota
keluarga didalam lingkungan yang alami dan aman. Bidan mampu mengkaji kecukupan
sumber yang ada di rumah, demikian pula keamanan di rumah dan di linkungan
sekitar. Kedua data tersebut bermanfaat untuk merencanakan pengajaran dan
konseling kesehatan. Kunjungan rumah lebih mudah dilakukan untuk
mengidentifikasi penyesuaian fisik dan psikologis yang rumit.
Selain keuntungan, kunjungan rumah postpartum juga memiliki keterbatasan
yang masih sering dijumpai, yaitu sebagai berikut.
1.
besarnya biaya untuk mengunjungi pasien yang jaraknya jauh
2.
terbatasnya jumlah bidan dalam memberi pelayanan kebidanan
3.
kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah tertentu
ASUHAN IBU PADA MASA NIFAS
Setelah melahirkan plasenta, tubuh ibu biasanya mulai
sembuh dari persalinan. Bayi mulai bernafas secara normal dan mulai
mempertahankan dirinya agar tetap hangat.
Bidan sebaiknya tetao tinggal selama beberapa jam
setelah melahirakan untuk memastikan ibu dan bayinya sehat, dan membantu
keluarga baru ini makan dan beristirahat.
Di hari-hari pertama dan minggu-minggu pertama setelah
melahirkan, tubuh ibu akan mulai senbuh. rahimnya akan mengecil lagi dan
berhenti berdarah. ASI akan terus keluar dari payudaranya. bayi akan belajar
menyusu secara normal dan mulai mendapatkan pertambahan berat badan. pada saat
itu, ibu dan bayi masih memerlukan perawatan bidan.
berikut ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang
dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
a.
memeriksa tanda-tanda vital ibu
periksalah
suhu tubuh, denyut nadi, dan tekanan darah ibu secara teratur minimal sekali
dalam satu jam jika ibu memiliki masalah kesehatan.
b. membersihkan
alat kelamin, perut, dan kaki ibu
bantulah
ibu membersihkan diri setelah melahirkan. gantilah alas tidur yang telah kotor
dan bersihkan darah dari tubuhnya. cucilah tangan dan kenakan sarung tangan
sebelum menyentuh alat kelamin ibu. bersihkan alat kelamin ibu dengan lembut,
gunakan air yang bersih dan steril.
cucilah alat kelamin dari atas ke bawah menjauhi
vagina. berhati-hatilah untuk tidak membawa apapun naik ke atas dari anus
menuju vagina, karena bahkan sepotong kecil feses yang kasat mata bisa
menyebabkan infeksi serius.
c.
mencegah perdarahan hebat
setelah melahirkan, normal bagi wanita untuk
mengalami perdarahan yang sama banyaknya ketika dia mengalami perdarahan
bulanan. darah yang keluar mestinya juga harus tampak seperti darah menstruasi
yang berwarna tua dan gelap, atau agak merah muda. darah merembes kecil-kecil
saat rahim berkontraksi, atau ketika ibu batuk, bergerak, atau berdiri.
perdarahan yang terlalu banyak sangat membahayakan.
untuk memeriksa muncul tidaknya perdarahan hebat beberapa jam setelah
melahirkan, coba anda lakukan hal-hal berikut ini.
rasakan rahim untuk
melihat apakah dia berkontraksi. periksalah segera setelah plasenta lahir.
kemudian periksalah setelah 5 atau 10 menit selama 1 jam. untuk 1 atau 2 jam berikutnya, periksalah
setiap 15 sampai 30 menit. jika rahimnya terasa keras, maka dia berkontraksi
sebagaimana mestinya.
periksa popok ibu untuk melihat seberapa
sering mengeluarkan darah, jika mencapai 500 ml (sekitar 2 cangkir) berarti
perdarahannya terlalu berlebihan.
periksa denyut nadi ibu dan tekanan darahnya
setiap jam. perhatikan adanya tanda-tanda syok.
d. memeriksa
alat kelamin ibu dan masalah-masalah lainnya
kenakan
sarung tangan untuk memeriksa dengan lembut, robek atau tidaknya alat kelamin
ibu. selain itu, perlu diperiksa juga apakah serviksnya sudah menutup (turun
menuju vagina).
1. jika ibu memiliki robekan
mintalah
ibu untuk beristirahat di tempat tidur selama 2 minggu dengan kaki di
sejajarkan bersamaan sepanjang waktu. ibu boleh menggerakan kakinya secara
teratur. untuk sementara tidak diperbolehkan bekerja keras dan disarankan agar
memakan makanan yang bergizi.
2.
jika ibu memiliki hematoma atau rasa sakit di vagina
terkadang
rahim merapat dan mengeras, sehingga tidak terlihat adanya perdarahan hebat,
namun ibu masih merasakan pusing-pusing dan lemah. jika hal ini yang terjadi
bisa jadi dia mengalami perdarahan di bawah kulit di dalam vaginanya yang
disebut hematoma. kulit diwilayah ini sering kali membengkak, berwarna gelap,
lembut, dan lunak.
meskipun hematoma menyakitkan, biasanya dia tidak
serius, kecuali lukanya sangat besar. jika hematoma terus bertumbuh, tekanlah
wilayah itu dengan kain steril selama 30 menit atau sampai dia berhenti tumbuh.
jika ibu memiliki tanda-tanda syok, segera minta bantuan medis agar luka bisa
terbuka dan darah yang terjebak di dalamnya bisa keluar.
3. jika serviks bisa di buka dari bukaan vagina
jika
bisa terlihat serviks di bukaan vagina setelah melahirkan, kemungkinan besar
rahimnya turun ke vagina. masalah ini tidak begitu berbahaya, karena serviks
biasanya akan masuk ketempatnya semula dalam beberapa hari. anda mungkin bisa
mendorong rahim dengan tangan bersarung. bantulah ibu menaikkan bokongnya agar
lebih tinggi dari kepala.
- bantu ibu buang air
hendaknya buang air kecil dapat dilakukan secepatnya.
kadang-kadang wanita mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra
ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus sphincer ani selama
persalinan. bila kandung kemih penuh dan wanita sulit BAK, sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
buang air besar harus dilakukan 3-4 hari
pascapersalinan. bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi,
apalagi feses keras dapat diberikan obat
laksatif per oral atau per rektal. jika masih belum bisa juga dilakukan klisma.
-
bantu ibu makan dan minum
sebagian besar ibu mau makan setelah melahirkan, dan
bagus bagi mereka untuk bisa menyantap beragam makanan bergizi yang di
inginkan. jus buah sangat baik karena akan memberinya energi. anjurkan ibu
untuk segera makan dan banyak minum pada jam-jam pertama. makanan harus
bermutu, begizi, dan cukup kalori. sebaiknya ibu mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan buah-buahan.
e. memperhatikan
perhatian ibu terhadap bayinya
hal-hal yang harus dilakukan untuk membantu
meningkatkan perasaan ibu terhadap bayinya adalah sebagai berikut.
1.
berikan dukungan emosional
sangat penting untuk memberikan ibu dukungan
emosional. kebiasaan dan ritual menghormati ibu dan merayakan kelahiran adalah
salah satu cara untuk mengakui
keberhasilan ibu dalam persalinan.
kebanyakan wanita merasakan emosi-emosi yang kuat
setelah melahirkan. ini adalah hal-hal yang normal. beberapa wanita merasakan
sedih dan khawatir selama beberapa hari, minggu dan bulan. ketika hal ini
terjadi, bantulah dia dengan mendengarkan keluh kesahnya tentang perasaannya
itu, dan menjelaskan bahwa perasaan itu umum terjadi.
jika perasaan ini sangat kuat, hal ini disebut
depresi. dalam kondisi seperti ini, bisa jadi sulit bagi wanita untuk merawat
dirinya dan bayinya. wanita yang mengalami depresi pasca melahirkan memerlukan
bantuan segera. dia memerlukan bantuan untuk merawat rumah dan keluarganya, dan
memerlukan bantuan untuk menghentikan perasaan-perasaan gundahnya. wanita yang
memiliki perasaan seperti ini setelah melahirkan akan rentan untuk mengalaminya
lagi dalam persalinan berikutnya.
2.
ibu tidak tertarik kepada bayinya
beberapa ibu tidak merasa nyaman dengan bayi baru
mereka. ada beberapa alasan yang menyebabkannya. bisa jadi ibu sangat lelah,
sakit, dan mengalami perdarahan hebat. bisa juga dia tidak menginginkan bayi
itu, atau khawatir tidak bisa merawatnya, sehingga mengalami depresi. maka yang
ahrus dilakukan adalah sebagai berikut.
periksa tanda-tanda
bagi kehilangan darah atau infeksi.
membicarakan dengan
ibu tentang perasaan-perasaannya atau mungkin lebih baik meninggalkannya
sendirian dan mengamatinya dari jauh sambil menunggu.
jika ibu merasa
depresi, atau dia pernah depresi setelah persalinan dahulu, bicaralah pada
kaluarganya untuk memberinya perhatian dan dukungan ekstra pada minggu-minggu
berikutnya.
pastikan seseorang
dalam keluarganya membantu marawat bayi tersebut.
f.
perhatikan gejala infeksi pada ibu
suhu tubuh ibu yang baru melahirkan biasanya sedikit
lebih tinggi dari pada suhu normal, khususnya jika cuaca hari itu sangat panas.
namun, jika ibu merasa sakit, terserang demam, atau denyut nadinya cepat, atau
dia merasa perih saat kandungannya di sentuh, bisa jadi dia terkena infeksi.
infeksi seperti ini biasanya terjadi jika air ketuban pecah lebih awal sebelum
persalinan dimulai, atau jika persalinan terlalu lama, atau dia merasa
kelelahan saat persalinan.
g. Bantu
ibu menyusui
Menyusui adalah cara terbaik bagi ibu dan bayinya.
Jika ibu merasa kebingungan apakah dia ingin menyusui atau tidak, mintalah dia
untuk mencoba menyusui hanya untuk minggu-minggu atau bulan-bulan pertama.
Bahkan sedikit saja waktu untuk menyusui
masih lebih baik daripada tidak sama sekali. Pastikan ibu memahami jika
dia menyusui bayinya, maka:
Rahimnya akan cepat
pulih ke ukuran semula
Bayinya lebih tahan
dari serangan diare atau penyakit lainnya
Ibu bias menghemat
biaya pengeluaran uang karena susu formula jelas lebih mahal
1.
Perawatan payudara (mamae)
Perawatan mamae telah
dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, dan kering
sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus
dihentikan dengan cara berikut ini.
Balut mamae sampai
tertekan
Pemberian obat
estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan parlodel
2.
Laktasi
Untuk menghadapi masa
laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada
kelenjar mamae berupa hal-hal berikut ini.
Proliferasi jaringan
pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah.
Keluaran cairan susu
jolong dari duktus laktiferus disebut kolostrum, berwarna kuning putih susu.
Hipervaskularisasi
pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak
jelas.
Setelah persalinan,
pengaruh supresi estrogen dan progesterone hilang. Maka timbul pengaruh hormone
laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Di samping itu,
pengaruh oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi, sehingga
air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
3.
Berikan waktu berkumpul bagi keluarga
Jika ibu dan bayinya
sehat, berikan mereka waktu sesaat untuk berduaan saja. Orang tua baru
memerlukan waktu satu sama lain dengan bayi mereka. Mungkin mereka juga
memerluka sejumlah waktu pribadi sebentar untuk berbincang-bincang, tertawa,
menangis, berdoa, atau merayakannya dengan suatu cara tertentu.
ASUHAN MASA NIFAS PADA BAYI BARU LAHIR
Setelah lahir, ketika ibu dan bayinya sudah berada
dalam kondisi stabil, periksalah bayi dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Banyak masalah kesehatan bisa di cegah atau disembunyikan. Bayi yang baru lahir
mudah terkena infeksi, karena itu apapun yang menyentuhnya haruslah sebersih
mungkin. Jika tidak perlu, jangan terlalu cepat memandikan bayi karena akan
membuatnya merasa kedinginan, tunggulah setelah beberapa jam atau hari. Hal-hal
penting untuk memeriksa bayi baru lahir adalah penampilan umum dan tanda-tanda
fisik lainnya.
a) Penampilan
umum
Perhatikan beberapa penampilan bayi berikut ini.
Apakah bayinay kecil
atau besar
Apakah bayinya gemuk
atau kurus
Apakah lengan kaki,
telapak kaki, tangan, tubuh, dan kepalanya terlihat memiliki ukuran yang
normal.
Bayinya tegang atau
rileks, aktif atau pendiam.
Dengarkan suara
tangisnya. Setiap tangisan bayi berbeda, namun suara tangisan yang ganjil,
meninggi, atau tersendat-sendat bias menjadi tanda dia sakit.
Perhatikan apakah
bayinya lemas, lemah atau tidak sadar.
Jika bayi tampak
lemah, bias jadi bayikekurangan kadar gula dalam darah.
b) Tanda-tanda
vital bayi
Berikut ini adalah tanda-tanda vital yang dikaji pada
bayi baru lahir.
Jumlah tarikan nafas
bayi
Hitunglah tarikan
nafas bayi selama 1 menit penuh sambil mengamati perutnya naik turun. Normal
jika nafasnya melambat atau cepat dari waktu ke waktu. Bayi baru lahir
normalnya bernafas 30-60 tarikan nafas dalam semenit saat dia beristirahat.
Detak jantung bayi
Detak jantung bayi
baru lahir berkisar antara 120-160 detak permenit. Namun, kadang-kadang detak
jantung bayi melambat sampai 100 atau secepat 180 detak permenit. Jika detak
jantung bayi terlalu lambat, kemungkinan bayi terkena infeksi. Jika terlalu
lambat, segera berikan nafas bantuan.
Suhu tubuh bayi
Suhu tubuh bayi yang
sehat adalah sekitar 37 oC. bayi yang suhu tubuhnya 36,5 oC
atau kurang, bias dihangatkan dengan cepat dekat kulit ibu diantara buah
dadanya. Jika bayi tidak hangat juga, gunakan botol yang berisi air hangat yang
di bungkus dengan kain.
c) Bantu
bayi agar terus menyusu
Bayi mestinya di susui tiap beberapa jam, dari jam
pertama setelah lahir sampai seterusnya. Bayi yang cukup banyak menyusu dan
sehat, akan banyak buang air kecil dan buang air besar, tidak menunjukan
tanda-tanda dehidrasi, serta mengalami pertambahan berat tubuh.
d) Merawat tali
pusat
Untuk mencegah sisa tali plasenta dari infeksi, maka
tali pusat harus tetap bersih dan kering. Hal-hal yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut.
Selalu mencuci tangan
sebelum mencuci plasenta.
Jika tali plasenta
kotor atau memiliki banyak darah kering, bersihkan dengan alkohol 70% atau
minuman alkohol dosis tinggi atau gentian violet. Bias juga menggunakan sabun
dan air.
Jangan meletakkan
benda apapun di atas tali plasenta.
Sisa tali pusat biasanya jatuh sekitar 5-7 hari
setelah lahir. Mungkin akan keluar beberapa tetes darah atau lendir saat tali
pusat terlepas. Ini normal-normal saja. Namun,, jika ternyata masih keluar
banyak darah atau muncul nanah, segera minta bantuan medis.
e) Perhatikan
warna kulit bayi dan matanya
Banyak bayi memiliki warna kuning dikulit atau dimata
mereka selama beberapa hari setelah lahir, hal ini disebut ikterik dan
jaundice. Kelainan ini juga biasa disebut masyarakat dengan sebutan penyakit
kuning. Kelainan ini disebabkan oleh substansi kuning yang disebut bilirubin
memenuhi seluruh tubuh bayi. Normalnya tubuh bayi yang baru lahir menurunkan kadar bilirubin selama beberapa hari,
sehingga warna kuningnya menghilang.
Sebaiknya susuilah bayi sesering mungkin, dan bawa dia
untuk berjemur di bawah sinar matahari.
Sinar matahari akan membantu tubuh menurunkan kadar bilirubin. Jika
cuacanya cukup hangat, lepaskan pakaian bayi, tutupi matanya dan letakkan di
bawah sinar matahari selama lima menit sekali atau dua kali sehari. Jika
terlalu lama atau terlalu sering, sinar matahari bias membakar kulit bayi.
Pertemuan ke 9
Perdarahan pervagina
Perdarahan pervagina atau perdarahan postpartum atau post partum hemorargi
atau hemorargi post partum atau PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc
atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan. Hemorargi post partum
primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.
Penyebab:
a.
Uterus atonik (terjadi karena misalnya: plasenta
atau selaput ketuban tertahan).
b.
Trauma genetalia (meliputi penyebab spontan dan
trauma akibat pelaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan
termasuk sectio caesaria, episiotomi).
c.
Koagulasi intravascular disetaminata.
d.
Inversi uterus.
Hemorargi post partum sekunder
adalah mencakup semua kejadian PPH yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran
bayi dan 6 minggu masa post partum.
Penyebab:
1.
Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan.
2.
Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet
(dapat terjadi di serviks, vagina kandung kemih, rectum).
3.
Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio
caesaria, ruptur uterus).
2.2 Infeksi masa nifas.
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus
genetalia yang terjadi pada setiap saat antara awitan pecahan ketuban atau
persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua atau
lebih dari hal-hal berikut ini:
a.
Nyeri pelvik.
b.
Demam 38,5 0C atau lebih.
c.
Rabas vagina yang abnormal.
d.
Rabas vagina yang berbau busuk.
e.
Keterlambatan dalam penurunan uterus.
Bakteri penyebab sepsis puerpuralis:
1.
Streptokoccus.
2.
Stafilokoccus.
3.
E. Coli.
4.
Clostridium tetani.
5.
Clostridium welchi.
6.
Clamidia dan gonocokkus.
Bakteri endogen.
Bakteri ini
secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa menimbulkan bahaya. Bahkan jika
tekhnik steril di gunakan dalam persalinan, infeksi ini masih dapat terjadi
akibat bakteri endogen. Bakteri endogen dapat membahayakan dan menyebabkan
infeksi jika:
a.
Bakteri ini masuk kedalam uterus melalui jari
pemeriksa atau melalui instrumen pemeriksaan pelvik.
b.
Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar,
robek/ laserasi atau jaringan mati.
c.
Bakteri masuk sampai kedalam uterus jika terjadi
pecah ketuban yang lama.
Bakteri eksogen.
Bakteri ini
masuk kedalam vagina dari luar yaitu:
a.
Malalui tangan dan alat yang tidak steril.
b.
Melaluui substansi.
c.
Malalui aktivitas seksual.
Tanda dan gejala sepsis puerpuralis.
a.
Demam.
b.
Nyeri pelviks.
c.
Nyeri tekan di uterus.
d.
Lokia berbau menyengat.
e.
Terjadi keterlambatan dalam penurunan uterus.
f.
Pada laserasi terasa nyeri., bengkak dan
mengeluarkan darah.
Faktor terjadi sepsis puerpuralis.
a. Anemia/kurang gizi.
b. Higieneyang buruk.
c. Tekhnik asptik yang buruk.
d. Manipulasi yang sangat banyak pada jalan lahir.
e. Adanya jaringan mati pada jalan lahir.
f. Inersi tangan, instrumen atau pembalutyang tidak steril.
g. Ketuban pecah lama.
h. Pemeriksaan vagina yang sering.
i. Kielahiran melalui SC.
j. Laserasi vagina/serviks yang tidak di perbaiki.
k. PMS yang di derita.
l. Hemorragi post partum.
m. Tidak imunisasi tetanus.
n. Diabetes mellitus.
2.3
Sakit Kepela, Nyeri Epigastrik
A.
Sakit kepala
Nyeri kepala
pada masa nifas dapat merupakan gejala preeklampsia, jika tidak diatasi dapat
menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius a dalah:
1.
Sakit kepala hebat.
2.
Sakit kepala yang menetap .
3.
Tidak hilang dengan istirahat.
4.
Depresi post partum .
Kadang - kadang dengan sakit kepala
yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur
atau berbayang. Sakit kepala yang hebat disebabkan karena terjadinya edema pada
otak dan meningkatnya resistensi otak yang mempengaruhi Sistem Saraf Pusat,
yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan gangguan
penglihatan.
Gejala :
a.
Tekanan darah naik atau turun.
b.
Lemah.
c.
Anemia.
d.
Napas pendek atau cepat.
e.
Nafsu makan turun.
f.
Kemampuan berkonsentrasi kurang
g.
Tujuan dan minat terdahulu hilang; merasa kosong.
h.
Kesepian yang tidak dapat digambarkan; merasa bahwa tidak seorang pun mengerti.
i.
Serangan cemas.
j.
Merasa takut.
k.
Berpikir obsesif.
l.
Hilangnya rasa takut.
m.
Control terhadap emosi hilang.
n.
Berpikir tentang kematian.
Penanganan:
a.
Informed consent.
b.
Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit
sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarga.
c.
Pemberian Parasetamol dan Vit B Complek 2x/hari, Tablet zat besi 1x/hari.
d.
Jika tekanan diastol >110mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
diastolik.
e.
Pasang infus RL dengan jarum besar no.16 atau lebih.
f.
Ukur keseimbangan cairan.
g.
Persiapan rujukan.
h.
Periksa Hb.
i.
Periksa protein urine.
j.
Observasi tanda-tanda vital.
k.
Lebih banyak istirahat.
B. Nyeri
epigastrium
Nyeri daerah epigastrium atau daerah kuadran atas kanan perut, dapat disertai
dengan edema paru. Keluhan ini sering menimbulkan rasa khawatir pada penderita
akan adanya gangguan pada organ vital di dalam dada seperti jantung, paru dan
lain-lain.
Preeklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan, umumnya terjadi pada triwulan ke-3
kehamilan. Sedangkan eklampsia merupakan penyakit lanjutan preeklamsia, yakni
gejala di atas ditambah tanda gangguan saraf pusat, yakni terjadinya kejang
hingga koma, nyeri frontal, gangguan penglihatan, mual hebat, nyeri
epigastrium, dan hiperrefleksia.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain karena
terjadi reimplantasi amnion ke dinding rahim pada trimester ke-3 kehamilan.
Pada keadaan ibu yang tidak sehat atau asupan nutrisi yang kurang, reimplantasi
tidak terjadi secara optimal sehingga menyebabkan blokade pembuluh darah
setempat dan menimbulkan hipertensi. Diagnosis hipertensi dapat dibuat jika
kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya
ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih, dan tekanan diastolik naik dengan
15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Penentuan tekanan darah ini
dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Edema
ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan
biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki,
jari tangan, dan muka. Kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali perlu menimbulkan
kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia. Edema juga terjadi karena
proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3
g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+
atau 2+ atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan
dengan kateter atau midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6
jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan
berat badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
1. Tanda dan
Gejala:
a.
Kira-kira 90 persen pasien terdapat lelah.
b. 65
% dengan nyeri epigastrium, 30 persen dengan mual dan muntah.
c.
31 % dengan sakit kepala.
2.
Penanganan :
a.
Informed consent
b.
Mengobservasi TTV
c.
Persiapan rujukan
d.
Pemeriksaan darah rutin
e.
Tes fungsi hati.
f.
Profilaktik MgSO4 untuk mencegah kejang (eklampsia).
g.
Bolus 4 – 6 g MgSO4 dalam konsentrasi 20%. Dosis ini diikuti dengan infus 2 g
per jam.
h.
Jika terjadi toksisitas, masukkan 10 – 20 ml kalsium glukonat 10% i.v.
i.
Terapi antihipertensi harus dimulai jika tekanan darah senantiasa di atas 160/110
mmHg → Hidralazin IV dosis rendah 2,5 – 5 mg (dosis inisial 5mg) setiap 15 – 20
menit sampai tekanan darah target tercapai atau kombinasi nifedipin dan MgSO4.
2.4
Penglihatan Kabur
Perubahan
penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda preeklampsi. Masalah
visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan
visual mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat
bintik-bintik (spot) , berkunang-kunang.
Selain itu
adanya skotoma, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menunjukkan
adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan
adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri
atau didalam retina (edema retina dan spasme pembuluh darah). Perubahan
penglihatan ini mungkin juga disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Pada
preeklamsia tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada satu
atau beberapa arteri. Skotoma, diplopia, dan ambliopia pada penderita
preeklamsia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia.
Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di
korteks serebri atau dalam retina. Perubahan pada metabolisme air dan
elektrolit menyebabkan terjadinya pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke
ruang interstisial. Kejadian ini akan diikuti dengan kenaikan hematokrit,
peningkatan protein serum dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume
darah berkurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih
lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai bagian tubuh berkurang,
dengan akibat hipoksia. Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak
menunjukkan perubahan yang nyata pada preeklamsia. Konsentrasi kalium, natrium,
kalsium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas-batas normal. Gula darah,
bikarbonat dan pH pun normal. Kadar kreatinin dan ureum pada preeklamsia tidak
meningkat, kecuali bila terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total,
perbandingan albumin globulin dan tekanan osmotic plasma menurun pada
preeklamsia. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan nyata
dan kadar tersebut lebih meningkat lagi pada preeklamsia.
1.
Tanda dan Gejala :
a.
Peningkatan tekanan darah yang cepat
b.
Oliguria
c.
Peningkatan jumlah proteinuri
d.
Sakit kepala hebat dan persisten
e.
Rasa mengantuk
f.
Penglihatan kabur
g.
Mual muntah
h.
Nyeri epigastrium
i.
Hiperfleksi
2.
Faktor resiko:
a.
Primigravida
b. Wanita gemuk
c. Wanita
dengan hipertensi esensial
d. Wanita
dengan kehamilan kembar
e.
Wanita dengan diabetes, mola hidatidosa,
polihidramnion
f.
Wanita dengan riwayat eklamsia atau preeklamsia pada
kehamilan sebelumnya
g. Riwayat
keluarga eklamsi
3. Peran Bidan
:
a. Mendeteksi
terjadinya eklamsi
b. Mencegah
terjadinya eklamsi
c. Mengetahui
kapan waktu berkolaborasi dengan dokter
d. Memberikan
penanganan awal sebelum merujuk pada kasus eklamsi
4.
Penanganan :
a.
Informed consent
b.
Segera rawat
c.
Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil
mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya
d.
Persiapan rujukan
e.
Jika pasien
tidak bernafas :
Bebaskan jalan nafas
Berikan oksigen
Intubasi jika perlu
f. Jika pasien
tidak sadar atau koma :
Bebaskan jalan nafas
Baringkan pada satu sisi
Ukur suhu
Jika pasien syok atasi dengan penanganan syok
Jika ada perdarahan atasi penanganan perdarahan
g. Jika kejang
:
Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala
ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntah/darah.
Bebaskan jalan nafas
Pasang spatula lidah untuk menghindari tergigitnya
lidah
Pembengkakan
wajah dan ektremitas atau yang sering disebut dengan udem sering ditemukan pada
wanita hamil ataupun nifas. Baik karena perubahan fisiologis maupun perubahan
yang patologis. Udem adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan , akibat adanya
gannguan keseimbangan. Udem dapat terjadi oleh :
1.
Adanya tekanan hidrostatik yang sangat tinggi pada pembuluh kapiler seperti
misalnya bila aliran darah vena tersumbat
2.
Tekanan osmotik terlalu rendah, karena kadar protein plasma, terutama albumin
sangat rendah
3.
Sumbatan pada aliran limfe
4.
Kerusakan dinding kapiler sehingga plasma dapat merembes keluar dan masuk ke
dalam jaringan serta menimbulkan tekanan osmotik yang melawan tekanan osmotik
protein dalam aliran darah
Udem juga
terlihat pada adanya trombosis pada vena – vena betis yang terletak dalam,
biasanya merupakan komplikasi berbahaya akibat berbaring yang terlalu lama,
yang menyebabkan aliran dalam darah vena menjadi lambat sehinga membeku.
Trombosis seperti ini terjadi akibat infeksi. Keadaan pembengkakan wajah dan ekstremitas,
sering menyertai kelainan – kelainan pada masa nifas, sebagai berikut
1.
Preeklampsi
2.
Syndrom Nefrotik
Pertemuan ke 10
- PENGERTIAN DOKUMENTASI
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka, baik yang
berbentuk tulisan maupun rekaman lainnya seperti dengan pita
suara/cassete,vidio,film,gambar dan foto (suyono trino). Dalam kamus besar
bahasa indonesia adalah surat yang tertulis/tercetak yang dapat di pakai
sebagai bukti keterangan (seperti akta kelahiran, surat nikah, surat
perjanjian, dan sebagainya). Dokumen dalam bahasa inggris berarti satu atau
lebih lembar kertas resmi (offical) dengan tulisan di atasnya. Secara
umum dokumentasi dapat di artikan sebagai suatu catatan otentik atau semua
surat asli yang dapat di rtikan sebagai suatu catatan otentik atau semua surat
asli yang dapat di buktikan atau di jadikan bukti dalam persoalan hukum.
Dokumentasi adalah suatu proses pencatatan, penyimpanan informasi data atau
fakta yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan(peter Sali).
Menurut frances fischbbaach (1991) isi dan kegiatan dokumentasi apabila di
terapkan dalam asuhan kebidanan adalah sebagai berikut:
- Tulisan yang berisi komunikasi tentang kenyataan
yang essensial untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi
untuk suatu periode tertentu.
- Menyiapkan dan memelihara kejadian-kejadian yang
di perhitungkan melalui gambaran, catatan /dokumentasi.
- Membuat catatan pasien yang otentik tentang
kebutuhan asuhan kebidanan,
- Memonitor catatan profesional dan data dari
pasien, kegiatan perawatan, perkembangan pasien menjadi sehat atau sakit
dan hasil asuhan kebidanan.
- Melaksanakan kegiatan perawatan, mengurangi
penderitaan dan perawatan pada pasien yang hampir meninggal dunia.
Dokumentasi mempunyai 2 sifat yaitu
tertutup dan terbuka, tertutup apabila di dalam berisi rahasia yang tidak
pantas di perlihatkan, di ungkapakan dan di sebarluaskan kepada
masyarakat.terbuka apabila dokumen tersebut selalu berinteraksi fengan
lingkungan nya yang menerima dan menghimpun informasi.
Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan pelaporan yang di
miliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk
kepentingan Klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung
jawab bidan. Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan suatu pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap keadaan/kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan
asuhan kebidanan (proses asuhan kebidanan).
Pendokumentasian dari asuhan kebidanan dirumah sakit dikenal dengan istilah
rekam medic. dokumentasi kebidanan menurut SK MenKes RI 749 adalah berkas yang
berisi catatan dan dokumen yang berisi tentang identitas: Anamnesa,
pemeriksaan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seseorang kepada
seorang pasien selama dirawat dirumah sakit yang dilakukan di unit-unit rawat
termasuk UGD dan unit rawat inap. Dokumentasi berisi dokumen/pencatatan yang
member bukti dan kesaksian tentang sesuatu atau suatu pencatatan tentang
sesuatu.
- TUJUAN DOKUMENTASI KEBIDANAN
catatan pasien merupakan suatu dokumentasi legal berbentuk tulisan,
meliputi keadaan sehat dan sakit pasien pada masa lampau dan masa sekarang,
menggambarkan asuhan kebidanan yang diberikan. Dokumentasi asuhan kebidanan
pada pasien dibuat untuk menunjang tertibnya administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan ditempat-tempat pelayanan kebidanan antara
lain: Puskesmas, rumah bersalin, atau bidan praktik swasta.
Semua instansi kesehatan memilih dokumen pasien yang dirawatnya walaupun bentuk
formulir dokumen masing-masing instansi berbeda. Tujuan dokumen pasien adalah
untuk menunjang tertibnya administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan
kesehatan dirumah sakit/puskesmas.selain sebagai suatu dokumen rahasia, catatan
tentang pasien juga mengidentifikasi pasien dan asuhan kebidanan yang telah
diberikan.
Adapun tujuan dokumentasi kebidanan adalah sebagai berikut:
- Sebagai sarana komunikasi
Komunikasi terjadi dalam tiga arah:
- Ke bawah untuk melakukan instruksi
- Ke atas untuk member laporan
- Ke samping (lateral) untuk member saran
Dokumentasi yang dikomunikasikan
secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk:
- Membantu koordinasi asuhan kebidanan yang
diberikan oleh tim kesehatan
- Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien
atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama
sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan
ketelitian dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien.
- Membantu tim bidan dlam menggunakan waktu
sebaik-baiknya.
- Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat
Sebagai upaya untuk melindungi
pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan
terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan
diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien. Hal ini
penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasien
terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan aspek hukum yang dapat
dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk
menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum.
- Sebagai informasi statistic
Data statistic dari dokumentasi
kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan dimasa mendatang, baik SDM,
sarana, prasaran dan teknis. Penting kiranya untuk terus menerus member
informasi kepada orang tentang apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan,
serta segala perubahan dalam pekerjaan yang telah ditetapkan.
- Sebagai sarana pendidikan
Dokumentasi asuhan kebidanan yang
dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa kebidanan maupun
siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan
pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktek lapangan.
- Sebagai sumber data penelitian
Informasi yang ditulis dalam
dokumentasi dapat digunakan sebagai sember data penelitian. Hal ini erat
kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan kebidanan yang diberikan,
sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan
dan kebidanan yang aman, efektif dan etis.
- Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan
Melalui dokumentasi yang diakukan
dengan baik dan benar, diharapkan asuhan kebidanan yang berkualitas dapat
dicapai, karena jaminan kulitas merupakan bagian dari program pengembangan
pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumentasi
yang kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh bidan maupun tenaga
kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu
akreditasi pelayanan kebidanan daam mencapai standar yang telah ditetapkan.
- Sebagai sumber data asuhan kebidanan
berkelanjutan.
Dengan dokumentasi akan didapatkan
data yang actual dan konsisten mencakup seluruh asuhan kebidanan yang
dilakukan.
- Untuk menetapkan prosedur dan standar
Prosedur menentukan rangkaian
kegiatan yang akan dilaksanakan, sedangkan standar menentukan aturan yang akan
dianut dalam menjalankan prosedur tersebut.
- Untuk mencatat
Dokumentasi akan diperluakn untuk
memonitor kinerja peralatan, system, dan sumber daya manusia. Dari dokumentasi
ini, manajemen dapat memutuskan atau menilai apakah departemen tersebut
memenuhi atau mencapai tujuannya dalam skala waktu dan batasan sumber dayanya.
Selain itu manajemen dapat mengukur kualitas pekerjaan, yaitu apakah outputnya
sesuai dengan spesifikasi dan standar yang telah ditetapkan.
- Untuk member instruksi
Dokumentasi yang baik akan membantu
dalam pelatihan untuk tujuan penanganan instalasi baru atau untuk tujuan
promosi.
D.PRINSIP – PRINSIP DOKUMENTASI
KEBIDANAN
Catatan pasien merupakan
dokumen yang legal dan bermanfaat sendiri juga bagi tenaga kesehatan yang
mengandung arti penting dan perlu memperhatikan prinsip dokumentasi yang dapat
ditinjau dari dua segi yaitu :
- Prinsip pencatatan
- Ditinjau dari isi
- Menpunyai nilai administative
Suatu berkas pencatatan mempunyai
nilai medis,karena catatan tersebut dapat digunakan sebagai dasar merencanakan
tindakan yang harus diberikan kepada klien
- Mempunyai nilai hukum
Semua catatan informasi tentang
klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum.bila terjadi suatu masalah
yang berhubungan dengan profesi kebidanan,dimana bidan sebagai pemberi
jasa,maka dokumentasi dapat digunakan sewaktu-waktu,sebagai barang bukti di
pengadilan.oleh karena itu data-data harus di identifikasi secara
lengkap,jelas,objektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan
- Mempunyai nilai ekonomi
Dokumentasi mempunyai nilai
ekonomi,semua tindakan kebidanan yang belum,sedang,dan telah diberikan dicatat
dengan lengkap yang dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan biaya
kebidanan bagi klien
- Mempunyai nilai edukasi
Dokumentasi mempunyai nilai
pendidikan, karena isi menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan kebidanan
yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa
atau profesi kesehatan lainnya
- Mempunyai nilai penelitian
Dokumentasi kebidanan mempunyai
nilai penelitian,data yang terdapat didalamnya dapat dijadikan sebagai bahan
atau objek riset dan pengembangan profesi kebidanan
- Ditinjau dari teknik pencatatan
- Menncantumkan nama pasien pada setiap lembaran
catatan
- Menulis dengan tinta (idealnya tinta hitam)
- Menulis/menggunakan denga symbol yang telah
disepakati oleh institusi untuk mempercepat proses pencatatan
- Menulis catatan selalu menggunakan tanggal,jam
tindakan atau observasi yang dilakukan sesuai dengan kenyataan dan bukan
interpretasi
- Hindarkan kata-kata yang mempunyai unsur
penilaian,misalnya:tampaknya,rupanya dan yang bersifat umum
- Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, pada
catatan observasi dan pemeriksaan oleh orang yang melakukan
- Hasil temuan digambarkan secara jelas termasuk
keadaan,tanda,gejala,warna,jumlah,dan besar dengan ukuran yang lazim
digunakan
- Interpretasi data objektif harus didukung oleh
observasi
- Kolom jangan dibiarkan kosong,beri tanda bila
tidak ada yang perlu ditulis
- Coretan harus disertai paraf disampingnya
- Sistem pencatatan
- Model naratif
- Model orientasi masalah
- Model fokus
Beberapa prinsip dalam membuat
dokumentasi harusnya seperti berikut :
- Simplicity (kesederhanaan)
Pendokumentasian menggunakan
kata-kata yang sederhana,mudah dibaca,dimengerti, dan perlu dihindari istilah
yang dibuat-buat sehingga mudah dibaca
- Conservatism
Dokumentasi harus benar-benar akurat
yaitu didasari oleh informasi dari data yang dikumpulkan.dengan demikian jelas
bahwa data tersebut berasal dari pasien, sehingga dapat dihindari kesimpulan
yang tidak akurat.sebagai akhir catatan ada tanda tangan dan nama jelas pemberi
asuhan
- Kesabaran
Gunakan kesabaran dalam membuat
dokumentasi dengan meluangkan waktu untuk memeriksa kebenaran kebenaran
terhadap data pasien yang telah atau sedang diperiksa
- Precision (ketepatan)
Ketepatan dalam pendokumentasian
merupakan syarat yang sangat diperlukan.untuk memperolehh ketepatan perlu
pemeriksaan dengan menggunakan teknologi yang lebih tinggi seperti menilai
gambaran klinis dari pasien,laboratorium, dan pemeriksaan tambahan.
- Irrefutability (jelas dan objektif)
Dokumentasi memerlukan kejelasan dan
objektivitas dari data-data yang ada,bukan data samaran yang dapat
menimbulkankan kerancuan
- Confidentiality (rahasia)
Informasi yang dapat dari pasien
didokumentasikan dan petugas wajib menjaga atau melindungi rahasia pasien yang
bersangkutan
- Dapat dibuat catatan secara singkat,kemudian
dipindahkan secara lengkap (dengan nama dan identifikasi yang jelas)
Tidak mencatat tindakan yang belum
dilaksanakan
- Hasil observasi atau perubahan yang nyata harus
segera dicatat
Dalam keadaan emergency dan bidannya terlibat langsung dalam tindakan,
perlu ditugaskan seseorang khusus untuk mencatat semua tindakan secara
berurutan
- Selalu tulis nama jelas dan jam serta tanggal
tindakan dilaksanakan
E.ASPEK LEGAL DALAM DOKUMENTASI
Rekam medis
yang mudah dibaca dan akurat merupakan dokumentsai pelayanan kesehatan yang
sangat menentukan yang mengkomunikasikan informasi penting tentang pasien ke
berbagai profesional.Dalam kasus hukum,rekam medis dapat menjadi landasan
berbagai kasus gugatan atau sebagai alat pembela diri Bidan,Perawat,Dokter atau
fasilitas.
Tujuan utama dokumentasi kebidanan
adalah untuk menyampaikan informasi penting tentang pasien. Rekam medis
digunakan untuk mendokumentasikan proses kebidanan dan memenuhi kewajiban
profesional bidan untuk mengkomunikasikan informasi penting. Data dalam
pencatatan tersebut harus berisi informasi spesifik yang memberi gambaran
tentang pasien dan pemberian asuhan kebidanan. Evaluasi status pasien harus
dimasukan dalam catatan tersebut.
Aspek legal dalam pendokumentasian
kebidanan terdapat 2 tipe tindakan legal:
- Tindakan sipil atau pribadi
Tindkan sipil berkaitan dengan isu
antar individu
- Tindakan kriminal
Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan
antara individu dan masyarakat secara keseluruhan .
Menurut hukum jika sesuatu tidak didokumentasikan berarti pihak yang
bertanggung jawab tidak melakukan apa yang seharusnyan dilakukan.Jika bidan
tidak melaksanakan atau menyelesaikan suatau aktivitas atau mendokumentasikan
secara tidak benar, dia bisa dituntut melakukan mal praktik. Dokumentasi
kebidanan harus dapat dipercaya secara legal, yaitu harus meberikan lapporan
yang akurat mengenai perawatan yang diterima klien.
- Manfaat Dokumentasi
Berapa manfaat dokumentasi ditinjau
dari berbagai aspek antara lain yaitu :
- Aspek Administrasi
- Untuk mendefinisikan fokus asuhan bagi klien atau
kelompok
- Untuk membedakan tanggung gugat bidan dari
tanggung gugat anggota tim pelayana kesehatan yang lain
- Untuk memberikan penelahaan dan pengevaluasian
asuhan (perbaikan kualitas )
- Untuk memberikan kriteria klasifikasi pasien
- Untuk memberikan justifikasi
- Untuk memberikan data guna tinjauan adminitrasi
dan legal
- Untuk memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan
profesional
- Untuk memberikan data penelitian dan tujuan
pendidikan
- Aspek Hukum
Semua catatan informasi tentang
klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu
masalah yang berhubungan dengan profesi kebidanan, dimana bidan sebagai pemberi
jasa dan klien sebagai pengguna jasa,maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu.
Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti dipengadilan. Oleh
karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap,jelas, objektif, dan
ditandatangani oleh pemberi asuahan, tanggal dan perlunya dihindari adanya
penulisan yang dapat menimbulkan interprestasi yang salah.
- Aspek Pendidikan
Dokumentasi mempunyai manfaat
pendidikan karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi.
- Aspek Penelitian
Dokumentasi mempunyai manfaat
penelitian. Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat
dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi.
- Aspek Ekonomi
Dokumentasi mempunyai efek secara
ekonomi, semua tindakan atau asuhan yang belum,sedang, dan telah diberikan
dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuhan atau pertimbangan
dalam biaya bagi klien.
- Aspek Manajemen
Melalui dokumentasi dapat dilihat
sejauh mana peran dalam fungsi bidan dalam memberikan asuhan kepada klien.
Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian
asuhan guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut.
BAB II
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
Dokumentasi asuhan kebidanan pada
ibu nifas (postpartum) merupakan bentuk catatan dari asuhan kebidanan yang
diberikan pada ibu nifas (postpartum),yakni segera setelah kelahiran sampai
enam minggu setelah kelahiran yang meliputi pengkajian,pembuatan diagnosis
kebidanan,pengidentifikasian masalah terhadap tindakan segera dan melakukan
kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain,serta menyusun asuhan
kebidanan dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada
langkah sebelumnya.
Beberapa teknik penulisan dalam
dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu nifas (postpartum) antara lain sebagai
berikut:
1.mengumpulkan data
Data yang dikumpulkan pada masa
postpartum adalah sebagai berikut:catatan pasien sebelumnya seperti catatan
perkembangan ante dan intranatal,lama postpartum,catatan
perkembangan,suhu,denyut nadi,pernapasan,tekanan darah,pemeriksaan laboratorium
dan laporan pemeriksaan tambahan,catatan obat-obatan,riwayat kesehatan ibu
seperti mobilisasi,buang air kecil,buang air besar,nafsu makan,ketidaknyamanan
atau rasa sakit,kekhawatiran,makanan bayi,reaksi bayi,reaksi proses melahirkan
dan kelahiran,kemudian pemeriksaan fisik bayi,tanda-tanda vital,kondisi
payudara,puting susu,pemeriksaan abdomen,kandung kemih,uterus,lochea mulai
warna,jumlah dan banyak,pemeriksaan perineum,seperti adanya
edema,inflamasi,hematoma,pus,luka bekas episiotomi,kondisi jahitan,ada tidaknya
hemorhoid,pemeriksaan ekstremitas seperti ada tidaknya varises,refleks,dan lain-lain.
2.melakukan interpretasi data dasar
Interpretasi data dasar yang akan
dilakukan adalah beberapa data yang ditemukan pada saat pengkajian postpartum
seperti:
Diagnosis
:postpartum hari pertama perdarahan nifas postsectio cesaria dan lain-lain
Masalah
:kurang informasi tidak pernah ANC dan lain-lain
3.melakukan identifikasi diagnosis
atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya
penanganannya
Beberapa hasil dari interpretasi
data dasar dapat digunakan dalam identifikasi diagnosis atau masalah potensial
kemungkinan sehingga akan ditemukan beberapa diagnosis atau masalah potensial
pada masa postpartum,serta antisipasi terhadap masalah yang timbul.
4.menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera atau masalah potensial pada masa
postpartum.
postpartum.
Langkah ini dilakukan untuk
mengantisipasi dan melakukan konsultasi,dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain berdasarkan kondisi pasien.
5.menyusun rencana asuhan yang
menyeluruh
Rencana asuhan menyeluruh pada masa
postpartum yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:
a.manajemen asuhan awal puerperium
1.kontak dini sesering mungkin
dengan bayi
2.mobilisasi di tempat tidur
3.diet
4.perawatan perineum
5.buang air kecil spontan/kateter
6.obat penghilang rasa sakit kalau
perlu
7.obat tidur kalau perlu
8.obat pencahar
9.dan lain-lain
b.asuhan lanjutan
1.tambahan vitamin atau zat besi
jika diperlukan
2.perawatan payudara
3.rencana KB
4.pemeriksaan laboratorium jika
diperlukan
5.dan lain-lain
6.melaksanakan perencanan
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan
rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh yang dibatasi oleh standar asuhan
kebidanan pada masa postpartum.
7.evaluasi
Evaluasi pada masa postpartum dapat
menggunakan bentuk SOAP,sebagai berikut:
S:data
objektif
Berisi tentang data dari pasien melalui
anamnesis (wawancara)yang merupakan ungkapan langsung.
O:data
objektif
Data yang didapat dari hasil
observasi melalui pemeriksaan fisik pada masa postpartum
A:analisis
dan interpretasi
Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis,antisipasi diagnosis atau masalah
potensial,serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.
P: Perencanaan
Merupakan rencana dan tindakan yang
akan di berikan termasuk asuhan mendiri,kaolaborasi, tes diagnosis atau
laboratorium serta konseling untuk tindak lanjut.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU
NIFAS
No.
MR
: ……………………………..
Masuk tgl/ jam
: ……………………………..
- PENGKAJIAN ( Tanggal/ jam : ………………………………..)
- Identitas / Biodata
Nama
: …………………………………….. Nama
suami : ………………………………..
Umur
: ……………………………………..
Umur
: ………………………………..
Suku / Bangsa :
…………………………………
Suku / Bangsa : ………………………………..
Agama
: …………………………………
Agama :
………………………………..
Pendidikan
: …………………………………
Pendidikan : ………………………………..
Pekerjaan
: …………………………………
Pekerjaan : ………………………………..
Alamat kantor:
………………………………….
Alamat Kantor
: ………………………………..
…………………………………
…………………………………
No. Telp
: ………………………………… No.
Telp : ………………………………..
Alamat rumah : …………………………………
No. Telp
: …………………………………
- Anamnesa (Data Subjektif)
- Keluhan Utama : …………………………………………………………………………..
- Riwayat Perkawinan
Perkawinan ke……….
menikah sejak umur……………. lama perkawinan………………………..
- Riwayat Obstetrik
- Kehamilan, persalinan, nifas dan anak yang lalu
No
|
Tgl lahir
|
Usia kehamilan
|
Jenis persalinan
|
Tempat persalinan
|
Komplikasi
|
Peno-long
|
Bayi
|
Nifas
|
|||
Ibu
|
Bayi
|
PB/ BB/ JK
|
Keadaan
|
Lochea
|
Laktasi
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Kehamilan sekarang
Umur kehamilan :
……………………………………………………………………………………….
Pergerakan janin pertama kali
dirasakan : ………………………………………………………
ANC
:……………………kali,di…………………………………………………………………………..
Imunisasi TT: ……………………………. kali,
Tanggal : …………………………………………
- Persalinan sekarang
Tanggal
Persalinan
: ………………………………….
jam : ……………………………………
Jenis
Persalinan
: …………………………………..
Lama Persalinan
: Kala
I :
…………………
Kala III : ………………………..
Kala II :
………………….
Keadaan ketuban
: Pecah jam : …………………
Warna :
………………………….
Jumlah
: …………………………….. Bau : ……………………………..
Keadaan Plasenta :
- Berat : ………………………… Panjang :………………………….
- Insersi : ……………………….
- Tali pusat : Panjang : …………………………………… Kelainan :
…………………………….
Laserasi jalan lahir : ada / tidak
ada
derajat : I / II / III /
IV
- Riwayat KB
No
|
PASANG
|
LEPAS
|
||||||||
Metode
|
Tgl
|
Petugas
|
Tempat
|
Ket
|
Tgl
|
Petugas
|
Tempat
|
Alasan
|
Ket
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Riwayat Kesehatan
- Kesehatan yang lalu
:……………………………………………………………………………..
- Kesehatan sekarang
:………………………………………………………………………………
- Kesehatan keluarga
:………………………………………………………………………………
- Pola kebutuhan sehari – hari
- Nutrisi
Porsi makan
sehari
:
Jenis
:
Makanan
pantang
:
Pola minum
:
- Eliminasi
BAK
Frek :
………………………….
Warna : ………………………….
Keluhan : ………………………….
|
BAB
Frek :
………………………….
Warna : ………………………….
Konsistensi : ………………………….
Keluhan : ………………………….
|
- Istirahat
Istirahat
siang
: ………………………….
Istirahat
malam
: ………………………….
- Aktivitas
Beban
kerja
: …………………………………………………………………………..
Olah
raga
: …………………………………………………………………………..
- Kegiatan spiritual :
…………………………………………………………………………..
- Hubungan seksual: ……………………………………………………………………………
- Psikososial spiritual
- Respon ibu dan keluarga terhadap masa nifas
:…………………………………………………..
- Dukungan keluarga
: ………………………………………………….
- PEMERIKSAAN FISIK (Data Objektif)
- Pemeriksaan Umum
Kesadaran
:
……
Pernafasan : ……x/menit
TD
:
……….mmHg
BB
: …….. kg
Nadi
: ………x/menit
TB
: …. cm
Suhu
:
……°C
- Pemeriksaan Khusus
Kepala
: ………………………………………………..
Rambut
: ………………………………………………..
Mata
: ………………………………………………..
Muka
: ………………………………………………..
Mulut
: ………………………………………………..
Gigi
: ………………………………………………..
Leher
: ………………………………………………..
Payudara
: Kolostrum/cairan lain: ………………………………………………..
Abdomen
:
TFU
: ………………………………………………..
Kontraksi
: ………………………………………………..
Genitalia
: Lokhea
: ……………………………………………….
Varices
: ………………………………………………..
Oedema
: ………………………………………………..
Anus
: Haemoroid
: ada / tidak
Ekstremitas
Atas
Bawah
Oedema : ………….
Oedema
: ………….
Sianosis :
………….
Varices
: ………….
Pergerakan
:
………….
Pergerakan : ………….
Tanda
flebitis : …………..
- Pemeriksaan penunjang
- Hb : ……………………………..
- Urin : …………………………….
- INTERPRETASI DATA
- diagnose kebidanan :
Contoh : seorang primipara dalam
nifas …. Jam/…. Hari normal dalam fase….
Nifas post SC : tergantung hasil
pengkajian
- Fisiologis : sub involusio normal , tidak ada
infeksi
- Patologis : jika ada infeksi
Data dasar : DS/DO
- Masalah
Data dasar : DS/DO
- DIAGNOSA POTENSIAL
- ANTISIPASI MASALAH
- PERENCANAAN
- PELAKSANAAN
- EVALUASI
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal …………………………………………….
Jam……………………………
DATA SUBJEKTIF
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
DATA OBJEKTIF
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
ASSESMENT
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
PLANNING ( termasuk pendokumentasian
, implementasi dan evaluasi )
DAFTAR PUSTAKA
Komariah, k (2005). Perawatan ibu
masa nifas dan bayi baru lahir. Jakarta.
Bennet and Linda, 2005, Myles
Textbook for Midwifery, UK London
Seller, P.M., 2000, Midwifery, Vol.
1 dan 2, 1st Edition, Juta & Co.Ltd, Cape Town
Varney, 1997, Varney’s Midwifery,
3rd Edition, Jones and Barlet Publishers, Sudbury: England
Langganan:
Postingan (Atom)